What to do to achieve those goals

  1. Tuliskan dengan detail atau buat smart goals

Tuliskan mimpimu dari rentang waktu paling jauh, misal, umur umat nabi muhammad hanya berkisar 60-70 tahun, anggap saja kamu akan meninggal di umur 60 tahun. Lalu, apa yang ingin kamu capai saat umurmu 60 tahun tersebut?

Setelah itu, potong keinginanmu menjadi rentang waktu 10 tahun. Semisal umurmu 20 tahun, maka tentukan apa yang kamu inginkan di usia 30 tahun, 40 tahun, 50 tahun, sampai 60 tahun. Pencapaian ini agar lebih spesifik. Contohnya : kamu bermimpi sudah hafidz quran di umur 60 tahun, lalu kamu membaginya menjadi 10 juz ketika kamu umur 30 tahun, 20 juz ketika 40 tahun, dan 30 juz di umur 50 tahun.

Potongan waktu tidak berhenti sampai 10 tahun saja, potong lagi per 5 tahun, pertahun, sampai perbulan. Semakin spesifik, semakin baik, aku kirimkan contoh format mimpi hidup yang kuadaptasi dari bakti nusa.

Lalu ada juga sistem SMART goals. Tujuan yang kamu tulis harus :

  1. Spesific
  2. Measurable
  3. Achieveable
  4. Realistic
  5. Timely

 

Yah, sebenarnya kurang lebih sama seperti apa yang kupaparkan sebelumnya, tapi SMART goals adalah rumus yang kebanyakan orang pakai agar tidak lupa terhadap item-item apa saja yang harus diingat ketika menentukan sebuah tujuan.

Kenapa harus ditulis? Karena “Writting goals is the first step in turning the invisible into visible”, right?

2. Evaluasi mimpimu

setelah kamu berhasil membuat mimpimu, minimal untuk 1 tahun kedepan dengan sangat spesifik perbulannya, atau syukur-syukur kamu membuat sesuai format yang kukirimkan, maka, jangan lupa evaluasi mimpimu tiap bulannya.

Apakah apa yang kamu lakukan sudah sesuai dengan mimpimu?

Kalau belum, kenapa? Apa yang menghambatmu? Apakah kamu bisa berbuat lebih baik bulan depan? Apa yang kamu butuhkan untuk mencapai mimpi-mimpimu itu?

Jika kamu sudah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, maka langkah selanjutnya adalah eksekusi!

Jika kamu khilaf lagi, maka kamu harus bangkit lagi, terus kamu lakukan, sampai terbiasa, sampai kamu merasa apa yang kamu lakukan adalah kebutuhan. Sama seperti kebutuhanmu untuk makan, tidur, bahkan bernapas.

3. Cari lingkungan yang kamu inginkan

“Kamu adalah produk lingkungan”

Pernah dengar statement ini sebelumnya? Apa jangan-jangan kamu sudah merasakannya sendiri? Ketika kamu berada di sekitar teman-teman yang rajin belajar, maka motivasi belajarmu meningkat dibandingkan dengan dirimu yang belajar sendiri, lalu ketika berada di teman-teman yang hobi mengobrol, bermain, update status, nonton, maka kamu akan terbawa dengan hal yang kontraproduktif tersebut, iya bukan?

Lingkungan atau environment juga berhubungan dengan connection, yaitu hubungan dengan antar manusia lainnya. Namun lingkungan juga dapat diartikan benda mati lainnya, seperti untuk mendapatkan ketenangan dan hidayah, kamu lebih dapat feelnya ketika sholat di masjid dibandingkan dengan di rumah, atau ketika kamu malas belajar, kamu memilih perpustakaan yang memacu kamu belajar ketimbang di kamar dengan kasur yang memanggil mu untuk rebahan.

Kamu harus mencari environment dan connection yang baik, alias pilih-pilih sesuai kondisi. Ketika kamu mau chill out, refreshing, menghilangkan penat dari rutinitas, maka kamu bisa ajak temanmu yang ramai, suka bercanda, dan bisa mencairkan suasana, jangan kamu bawa temanmu yang kutu buku dan memilih untuk belajar dibandingkan bermain, selain tidak nyaman baginya, kamu juga tidak maksimal dalam merefresh dirimu yang jenuh. Pun sebaliknya, jika kamu ingin menggapai mimpi-mimpimu, dengan setumpuk project yang harus kamu selesaikan, maka kamu harus mencari teman yang bisa diajak berpacu dengan deadline dan mempunyai passion yang sama dengan projectmu itu. Kamu bukannya picky, tapi kamu bisa menempatkan diri sesuai dengan kondisi, bukan ikut-ikutan kesana kemari. Manut di ajak belajar, padahal kamu tahu kamu tidak bisa belajar dengan temanmu yang terlalu berisik, atau mengajak teman baikmu di dalam suatu program kerja tapi kamu tahu kalau ia tidak menyukai program kerja tersebut.

Hal ini memang butuh keteguhan dirimu, jadi, kamu tidak bisa seenaknya diajak kemanapun. Pun, kamu harus mencari lingkungan yang memacu dirimu berkembang walaupun teman-teman disekitarmu just go with the flow. Kalau kamu nggak rinci dan stick to your goals, yakin lah, kamu nggak akan berusaha untuk mencari lingkunganmu. Padahal, ketika kamu  menemukan teman atau lingkungan yang cocok, kamu akan mendapatkan banyak kemudahan untuk menggapai mimpi-mimpimu, loh

4. Keluar dari zona nyaman, paksa diri sendiri

Gampangnya, ga mageran.

Ada satu sistem dari Mel Robbins, yaitu 5 second rules. Ketika mager menghadang, hitung 5..4..3..2..1..terus lakukanlah hal yang lain!

Kalau lagi males ngerjain tugas, kerjain yang lain aja dulu, yang penting ngelakuin hal lain sebagai transisi untuk mengerjakan hal yang harus dikerjakan, jika memang kamu lagi mager-magernya.

Materi ini pernah di sampaikan : kajian online akhwat produktif (sabtu, 11 januari 2020)