oleh : Miftakhul Huda F
Alumni Baktinusa 9 Semarang
Dua tahun lalu; sekitar awal tahun 2019, saya merasa kuliah 3,5 tahun saya sia-sia “hanya” karena Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang tak selesai sesuai dengan rencana. Akibatnya, saya terlambat masuk koas, membayar ekstra UKT, kelulusan dokter mundur, dan serangkaian lainnya yang juga ikut mundur.
Namun, dua tahun lalu pula; tepatnya bulan Maret 2019, saya tersadar bahwa tidak ada yang benar-benar terlambat dalam serangkaian hidup ini. Ketika kawan-kawan yang lain jalannya lurus-lurus saja, kadang kita perlu jalan memutar terlebih dulu untuk sampai ke tujuan.
Gara-gara KTI yang terlambat itu, saya tersesat diantara orang-orang keren yang berjuang merawat Indonesia. Mendapat beasiswa uang saku bulanan selama 1 tahun yang mencakup lebih dari 75% UKT ekstra saya.
Gara-gara KTI yang terlambat itu, saya mendapat pembinaan kepemimpinan bersama manajer wilayah, monitoring dan motivasi bulanan, hingga sesi pembinaan tokoh nasional secara eksklusif.
Gara-gara KTI yang terlambat itu, saya dapat berkenalan dengan kolega dan relasi se-Indonesia dari berbagai bidang keahlian dan keilmuan, hingga akses ke salah satu lembaga zakat terbesar di Indonesia, Dompet Dhuafa.
Sungguh keterlambatan yang tidak akan pernah saya sesali! Mungkin, satu-satunya hal yang saya sesali adalah saya menggerutu kepada Allah atas takdir yang saya jalani sebelum tau jalan cinta-Nya begitu indah. Sungguh akhlak makhluk yang tak punya adab kepada Yang Maha Pemberi Rezeki, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Mencintai.
Kawan, jikalau hidupmu kini berjalan tak sesuai dengan rencana-rencanamu, tak perlu sedih. Tiga hal besar yang cukup dilakukan : luruskan niat, perbaiki adab, serta perbaiki hubungan dengan Allah. Maka Allah akan memperbaiki hidupmu dan menunjukkan jalan cinta-Nya.