Ditengah gempuran milenial yang menjunjung kerja singkat namun hasil memikat, tentu prinsip Pareto akrab menjadi energi utamanya. Secara singkat prinsip tersebut menjelaskan bahwa 80% hasil didapatkan dengan 20% usaha, bukan sebaliknya. Inilah mengapa generasi rebahan lebih memilih jalur instan dibandingkan jalur berbukit. Namun sayang, kerap kita jumpai untuk menuju suatu destinasi wisata yang indah atau nama bekennya ‘hidden gem’ diperlukan lebih banyak tanjakan, jalan terjal, hingga harus menanggalkan kendaraannya lalu menempuh perjalanan kaki berkilomerter.
Impian adalah roda penggerak hari-hari kita, sedang hari ini adalah kumpulan hari-hari yang telah dilalui. Selayaknya mimpi yang tak pernah padam, usaha ialah kobaran pembuktian kita. Jika orang tua kita mengobarkannya dengan kerja keras, maka anak muda zaman now mengobarkannya dengan kerja cerdas. Bukan keras atau cerdasnya yang utama, namun kerjanya lah yang perlu kita fokuskan. Ketika kita fokus pada hasil, maka manusia cenderung ingin menikmati kisah bahagianya saja. Ia lupa, bahwa seseorang telah melalui kerasnya tantangan untuk dapat terbang setinggi itu. Jangan hanya menikmati hasilnya, namun juga susah payah dalam perjalanannya.
Esensi hasil lebih utama dibanding proses ini tentu saja bukanlah hanya karena faktor internal, masukan referensi tidak luput turut andil dalam persepsi seseorang atas apa yang sedang ia usahakan. Teringat kita pada ranah takdir, dimana zona main manusia hanyalah seputar usaha, bagaimana bisa kita lebih sering bermain di zona hasil? Padahal hasil bukanlah milik kita. Saat ini berfokuslah menikmati perjalananmu, bawa perbekalanmu, ajak bestie-mu, niscaya perjalanan ini akan mengantarkanmu untuk terbang setinggi apa yang kau mau. Sampai kau merasa nikmat, disitulah kau temukan puas.
Jadi lebih puas mana setelah perjalanan berkelok hingga harus jalan kaki menuju ‘hidden gem’ atau langsung terbang aja tau-tau sampai?