Semenjak pandemi Covid-19 pada tahun 2019 banyak aspek kehidupan mulai mengalami perubahan dan penyesuaian. Hal ini cukup menjadi bukti dan dapat menyadarkan kita bahwa tantangan masa depan semakin berat karena tingkat uncertainty dan complexity yang tinggi. Tuntutan global bermunculan untuk beradaptasi dengan sangat cepat pada perubahan yang terjadi di setiap lini. Ditambah lagi arus globalisasi yang semakin menggerus budaya dan etika. Menyebabkan degradasi moral besar-besaran pada generasi penerus bangsa.
Sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan untuk menuju Indonesia Emas 2045, kita sebagai generasi muda tidak boleh tinggal diam. Hal yang terpenting dimiliki adalah nilai-nilai dasar tentang integritas. Nilai-nilai integritas seperti kejujuran, hati yang bersih, dan amanah menjadi barang langka yang semestinya dimiliki oleh setiap pemimpin bangsa. Bagaimanapun juga nilai kebaikan harus menjadi dasar dan landasan yang kuat. Sehingga, setiap langkah, kebijakan, dan keputusan yang diambil seorang pemimpin akan memperkecil madharat dan tentunya akan memperbesar maslahat bagi umat.
Hal yang menjadi penting selanjutnya adalah kemampuan untuk memahami permasalahan yang ada. Kemampuan ini, tentu hanya dimiliki oleh mereka yang siap melayani dan berkorban demi kemaslahatan. Mereka yang berjiwa besar untuk terjun langsung dan melihat realitas yang ada di masyarakat. Mereka yang bersedia mendengar, melihat, dan merasakan apa yang menjadi kebutuhan umat.
Namun, untuk menjawab seluruh tantangan yang ada, tentunya dibutuhkan juga kemampuan dan kualitas ilmu yang mumpuni. Karena dewasa ini, permasalahan yang terjadi akan lebih efisien jika diselesaikan dengan pendekatan keilmuan. Maka, pemimpin yang memiliki nilai cendekia sangat dibutuhkan untuk tetap cermat memahami persoalan yang ada dan menyelesaikan dengan solusi yang tepat. Tanpa kemampuan tersebut, permasalahan dan solusi yang ada tidak akan terselesaikan dengan baik dan hanya menjadi gagasan bualan belaka.
Kemudian, untuk menjawab kompleksitas yang terjadi pada tantangan masa depan, tidak semudah yang dibayangkan. Permasalahan tersebut terkadang perlu untuk diselesaikan bersama dengan berbagai keilmuan dan sudut pandang yang berbeda. Maka, aspek kolaborasi dan fleksibilitas menjadi poin penting saat menjalankan sebuah kepemimpinan. Dengan demikian, permasalahan akan lebih mudah dan rasa kebersamaan akan tercipta sehingga memperkuat seluruh lini yang ada.
Pada akhirnya, terdapat tiga poin penting yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Dia harus selesai dengan aspek spiritualnya, aspek intelektualitasnya, dan aspek emosionalnya. Ketiga aspek tersebut linear dengan nilai-nilai bakti nusa yang menjunjung tinggi nilai integritas, cendekia, transformatif, dan melayani. Dengan ketiga hal tersebut, seorang pemimpin akan benar-benar memimpin dengan hati, ilmu, dan semangat juang tinggi.