Era disrupsi telah membawa perubahan dan pergeseran terhadap pola kepemimpinan. Keberadaan anak muda banyak dicari sebagai aset dan investasi sebagai calon pemimpin masa depan, bahkan hari ini.
Singkatnya, untuk mengamati dan mencari karakter pemimpin yang tepat, sosial media ibarat teleskop yang banyak digunakan untuk mencari siapa pemuda yang layak menjadi pemimpin, atau juga sebagai tokoh bangsa pada era digital ini.
Era revolusi indutri 4.0 telah menjadikan sosial media sebagai dunia kedua dari kehidupan manusia. Sudah tidak heran lagi jika pada hari ini kebanyakan orang melihat kehidupan orang lain melalui sosial medianya. Bagaimana dia, dan mereka di sosial media, maka dapat ditebak atau bisa menjadi cerminan bagaimana kehidupan di dunia nyata dari orang tersebut.
Begitu juga dengan peranan pemimpin dan anak muda pada hari ini dengan sosial medianya. Dalam sebuah pelatihan nasional penerima manfaat beasiswa Bakti Nusa dari Dompet Dhuafa, salah satu coach mengatakan jika adanya pemimpin harus memiliki banyak follower di sosial medianya. Wajib itu! tegasnya. Lantas apa maksudnya?. Seorang pemimpin tidak boleh tabu apalagi gagap dengan perkembangan teknologi dan sosial media. Pemimpin adalah uswah (contoh/ teladan) yang harus dikihat dan diikuti oleh para pengikutnya. Banyak follower bukan tujuan utama, namun menjadi contoh kecil kebaikan kita tersebar merata.
Mengutip perkataan Milan Khundera, “every reader must not be a leader, but every leader must be a reader” adalah jawaban bagaimana seorang pemimpin juga tidak hanya harus pintar dalam membaca buku, namun juga membaca situasi dan kondisi sekitar yang berkembang.
Situasi dan kondisi dari apa yang masyarakat lihat dari seorang pemimpin kini, dapat dilihat melalui sosial medianya. Bentuk apapun dari seorang pemimpin mulai dari kehidupan pribadi hingga kepemimpinanya tidak bisa disembunyikan dalam peranan media apalagi medsosnya.
Sosial media juga menjadi jembatan komunikasi. Ketika pemimpin menggunakan sosial media, entah itu instagram, facebook ataupun twitter merupakan bentuk komunikasi dengan rakyatnya secara langsung. Terkadang, tidak jarang dijumpai kritik bahkan fitnah melalui sosial media yang tidak bisa dihindari bagi seorang pemimpin. Untuk merepson atau membalasnya tentu harus melalui sosial media juga. Bukan hanya dengan balas komentar, namun dengan hasil dari kerja atau karya yang dia lakukan. That’s a leader does today.
Lantas bagaimana dengan pemuda sebagai aset masa depan bangsa, apakah pemuda memiliki PR yang sama atau justru lebih berat dengan sosial medianya. Tugas lain dari pemuda selain memperbanyak belajar dan menggali pengalaman, yaitu membentuk karakter “penokohan” akan dirinya sendiri melalui sosial medianya. Jika mereka pemimpin yang “tua” menjadikan sosial medianya sebagai bentuk komunikasi dengan rakyat. Maka, apa yang harus dilakukan anak muda adalah dengan menunjukan kebaikan dan menyebarkan inspirasi bagi sesama melalui sosial medianya.
Masa muda adalah masa dimana pengalaman dipupuk dan tidak ragu lagi untuk memulai sebelum ditunjuk. Anak muda jangan takut dibilang ria apalagi pencitraan di sosial medianya. Karena semuanya pun yakin, sejatinya bukan itu tujuan utama kita. Mereka yang menganggap bahwa membagikan pengalaman positif dan inspiratif di sosial media itu ria, sejatinya adalah mereka yang ria dan sombong.
Penulis ingat betul apa yang dikatakan Co Founder Ruang Guru, sebuah start up yang bergerak dalam bidang pendidikan. Ketika itu Iman Usman ulang tahun, dan perayaanya yakni dengan mengadakan sebuah program beasiswa. Dia mengatakan Pay it Forward!. Lanjutkan kebaikan itu, jangan stop kehebatan dan hal-hal luar biasa yang pernah kamu alami hanya pada dirimu. Sambungkan itu kepada yang lain dan sebarkan seluas-luasnya. Disini penulis mengambil kesimpulan bahwa Iman adalah anak muda yang ingin terus menyebarkan kebaikan yang dia miliki melalui medium apapun itu. Iman adalah tokoh anak muda hari ini, i’m prety sure.
Sosial media adalah meidum terampuh bagi kita untuk dilihat orang lain. Setiap proses dan pengalaman yang pernah kita dapat tidak seharusnya kita simpan rapat. Jadikan semua itu narasi dan kisah hebat dari apa yanng kita lalui. Belum cukup.
Setelah itu bagikan/ share dengan sosial media yang kita miliki. Sambil berdoa bahwa apa yang kita tulis dan bagikan melalui sosial media dapat menjadi inspirasi dan pembelajaran yang bermanfaat kepada followers kita. Akan sangat bersyukur apabila ada yang tergerak dengan tindak kebaikan-kebaikan lain yang memunculkan inspirasi lagi. Who knows. Kita adalah tokoh bagi diri sendiri, namun di sosial media, adakalanya kita adalah tokoh bagi orang lain.
Setiap postingan kebaikan akan mengundang kebaikan lainya, tabik.