Perjalanan menjadi manusia telah Allah jelaskan di Surat Al-Mu’minun. Pada ayat 12 Allah menyampaikan bahwa asal muasal manusia adalah saripati tanah. Pada ayat 13 nya menjelaskan tentang sebuah tempat yang kokoh bernama rahim. Ayat selanjut nya berbunyi
“ Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik”
Sedangkan ayat 15 dan 16 nya menyampaikan tentang kematian manusia dan bagaimana ia dibangkitkan pada suatuhari yang tiada keraguan didalamnya.
Tunggu dulu… Semacam ada yang hilang. Bagaimana dengan kehidupan kita di dunia? Masa kecil, masa remaja, lelah-lelah yang kita keluhkan, kepayahan yang dibanggakan, keakuan yang diperturutkan, semua hal di dunia semacam tidak diceritakan. Semacam mengisyaratkan di dunia ini bukan tujuan, tidak penting buat diceritakan.
Namun ditengah ketidak pentingan itu, dunia adalah sarana dalam menggapai akhirat. Oleh karenanya kita harus punya sesuatu hal di dunia ini. Prasasti amal. Bukan hanya tentang satuan matahari saja. Prasasti amal adalah sebuah kebaikan yang terus membentang meskipun kita telah menghilang. Selamat membangun prasasti amal untuk mengisi dunia yang tidak lebih baik dari sehelai sayap nyamuk ini.
Bisa jadi kita hanya tidak tahu, Bahwa diluar sana banyak orang-orang yang sangat menginginkan kehidupan yang kita jalani hari ini. Kehidupan setiap detiknya, setiap menitnya, setiap penghujung paginya, menjelang siangnya, dan penutup pekatnya. Banyak orang yang ternyata menginginkan bahkan menjadikan mimpi, kehidupan yang sedang kita keluhkan saat
Bisa jadi kita hanya tidak tahu
Bahwa ada orang-orang yang begitu terpukau dengan semua hal yang kita jalani (Sekaligus yang kita keluhkan ) ini. Banyak orang yang justru menjadi kanya sebuah mimpinya. Sementara kita sedang sibuk ingin mendapatkan apa yang orang lain miliki dan menganggap apa yang ada pada hidup kita tidak berarti apa-apa. Rasa rasanya rasa syukur kita telah reda. Mengering dan menguap entah ke langit sebelah mana. Kita yang dilahirkan dengan hati yang memiliki lautan syukur yang tidak terbatas, saat ini menyempit. Sempit sekali-sampai sampai kita hanya bisa melihat ke atas saja. Kita lupa melihat kebawah.
Maka hari ini kita berjanji akan meluaskan syukur itu lagi. Hingga pandangan kita tidak hanya ke atas,namun juga ke bawah. Seiring dengan itu, semoga Sabar ini senantiasa bertambah dan syukur ini lekas bertumbuh