Rama-dan Pandemi Memang Perdana Kita Alami


Oleh: Putri Ria Utami- KAWAN SLI penempatan Kota Semarang

“Ramadan dalam pandemi, apa jadinya nanti?”. Kata itu sempat ku dengar di salah satu cuplikan video pendek. Dan sekarang, kita sudah berada di antara rama-dan pandemi.

Bukan hal asing lagi untuk kita menjadi asing. Menjauhkan diri dari kerumunan orang-orang. Mengurangi aktivitas secara langsung. Menjadikan kita lebih berhati dalam bekerja, bergerak, bahkan dalam beribadah sekalipun.

Rama-dan pandemi memang perdana kita alami. Begini ternyata rasanya, sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sekalipun untuk kita berada di masa seperti ini. Masa dimana kita disadarkan dan di ajarkan tentang banyak hal.

Tentang, bagaimana kita bisa menghargai waktu. Bisa jadi selama ini kita sering lalai memanfaatkan waktu untuk terus dapat berbuat kebaikan.

Tentang, bagaimana kita bisa menghargai sesama. Bisa jadi selama ini kita acuh tak acuh terhadap keluarga, teman, guru, dan orang-orang di sekeliling kita lainnya yang selalu ada untuk kita.

Tentang, bagaimana kita menghargai pekerjaan. Bisa jadi selama ini kita lalai dan tidak produktif dalam bekerja. Mengeluh akan jadwal kerja yang padat. Sehingga pandemi berkata sudahlah kamu bekerja #dirumahaja.

Tentang, bagaimana kita bersabar. Bisa jadi selama ini kesabaran kita hanya di batas standar saja. Sehingga, Sang Pencipta ingin kita mampu meng-upgrade kesabaran hamba-Nya dalam diri.

Terakhir adalah tentang, bagaimana kita mampu bersyukur. Bisa jadi selama ini kita tak pernah mampu bersyukur atas nikmat yang telah diberi Sang Pencipta. Bersyukur atas rezeki yang diperoleh, bersyukur atas kesehatan, dan bersyukur atas kenyamanan kita untuk beribadah.

Lalu, ketika Ramadan kini ditengah pandemi masihkah kita bisa bersyukur dan mengambil hikmahnya?

Tulisan ini hadir tepat di dua belas Ramadan 1441 H. Kata yang mengalir begitu saja dari dalam otak dan pikiranku. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menginspirasi untuk kamu semua