Latar Belakang
Indonesia merupakan akumulasi ide-ide yang membentuknya. Ia berangkat dari kecamuk pemikiran antar tokoh yang memperjuangkan bangsa dan rakyatnya. Dimensi ide-ide inilah yang membentuk konsepsi bagi pemahaman, perasaan terarah, perjuangan dan gerak alir bangsa. Ide-ide yang diyakini tersebutlah yang kemudian menggerakkan para pejuang di awal-awal memperjuangkan kemerdekaan.
Orde lama indonesia melahirkan demokrasi terpimpin. Kemudian dilanjutkan oleh Orde baru dengan pragmatis politiknya. Dengan jargon pembangunannya, Orde baru mengarahkan Indonesia pada tumpuan pembangunan ekonomi. Pasar bebas, modernisasi, pembangunan yang mementingkan jangka pendek, tumbuhnya elit menengah baru yang kompromis pragmatis, sedangkan perhatian pada aspek ideologis sangat minimal. Pancasila dijadikan sebagai alat penguasa untuk membungkam lawan politiknya. Tafsir ideologi pancasila hanya dimaknai sebagaimana tafsir para penguasa. Padahal cermin perilaku penguasa jauh dari makna utuh perumusan pancasila. Kemudian lahirlah reformasi sebagai gelombang protes atas otoritarianisme orde baru, dan hingga saat ini.
Dari awal perjuangan kemerdekan hingga saat ini, kita disajikan beragam model kepemimpinan yang menjadi nahkoda bangsa ini. Tidak ada seorang pemimpin yang dilahirkan untuk otoriter. Sikap otoriter tumbuh subur dari ketakutan-ketakutan penguasa, terutama ketakutan hilangnya posisi dari dirinya. Maka, perjalanan bangsa memberikan pelajaran kepemimpinan yang sangat penting bagi generasi kita saat ini. Orde lama melahirkan demokrasi terpimpin, otoritarian sang presiden. Orde baru pun tak jau beda, memunculkan otoriter baru. Hingga saat ini era reformasi, mulai memperlihatkan gejala otoritarian yang makin menggeliat.
Kepemimpinan (leadership) dan pemimpin memiliki peran strategis dalam membangun kemajuan suatu bangsa. Arah suatu bangsa ditentukan oleh para pemimpin yang mengelolanya. Oleh karena itu, kepemimpinan (leadership) berkaitan dengan manusia (people) dan gagasan-gagasan (ideas). Hosmer (1982), berpendapat bahwa pemimpin suatu organisasi bertanggungjawab terhadap proses manajemen strategik dari tahap formulasi hingga implementasi hingga kinerja dan kembali lagi ke tahap formulasi secara kontinu untuk melakukan penyesuaian terhadap berbagai perubahan karakter lingkungan, sumberdaya organisasi, dan sikap-sikap manajerial. Pemimpin harus memastikan bahwa proses manajemen ini dipenuhi oleh seluruh anggota organisasi terlepas adanya perbedaan kepentingan pribadi, pola perilaku, keanggotaan dalam kelompok, dan tingkatan dalam hirarki (Hosmer, 1982). Hal tersebut juga berlaku pada skala kenegaraan.
Kepemimpinan merupakan suatu proses, bukan tentang posisi atau jabatan. Dengan demikian mitos bahwa kepemimpinan berkaitan dengan posisi tinggi adalah tidak benar (Kouzes dan Posner, 1987). Apabila mengacu kembali ke definisi Northouse (2004) maka kepemimpinan merupakan hal yang dapat dimiliki oleh semua orang dan tidak terbatas pada para pemimpin formal (yang dipilih) dalam suatu kelompok. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan harus dikembangkan di semua tingkatan organisasi (Ancona, 2008) dan bahkan tidak harus diikat dalam suatu organisasi tertentu melainkan bisa terjadi dimana saja selama seseorang dapat menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang-orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan bersama tertentu (Thoha, 2006). Namun demikian, tidak bisa dinafikkan bahwa suatu posisi jika digunakan dengan benar oleh seorang pemimpin, maka akan memberikan manfaat yang besar.
Penelitian yang dilakukan oleh Centre for Creative Leadership (2004) menunjukkan bahwa kepemimpinan strategis adalah tentang kemampuan seorang pemimpin mengubah orang melalui visi dan nilai-nilai, budaya dan iklim kerja, serta struktur dan sistem. Kepemimpinan strategis lebih jauh berarti kemampuan yang dimiliki pemimpin untuk mengelola, mengkoordinasikan, memengaruhi serta memotivasi dan meningkatkan kinerja orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Lebih jauh, Duane Ireland (2002) dalam Manajemen Strategi: Daya Saing dan Globalisasi menjelaskan bahwa kepemimpinan strategis adalah kemampuan untuk mengantisipasi melihat kedepan, mempertahankan fleksibilitas dan memperdayakan orang lain untuk menciptakan perubahan strategi yang diperlukan. Pada hakikatnya kepemimpinan strategi itu multifungsional, melibatkan pengelolaan melalui orang-orang, mengelola seluruh perusahaan dan meniru perubahan yang kelihatannya akan meningkatkan lingkungan persaingan saat ini. Karena kompleksitas dan hakikat global dari lingkungan ini, para pemimpin strategi harus belajar bagaimana caranya mempengaruhi perilaku manusia dengan efektif dalam lingkungan yang tidak pasti. Melalui kata-kata atau contoh pribadi, dan melalui kemampuannya untuk melihat masa depan, para pemimpin strategis yang efektif mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan orang-orang yang bekerja dengannya secara bermakna.
Stephen Robbins (1997) menguraikan bahwa “leadership is the notion that leaders are individuals who, by their actions, facilitate the movement of a group of people toward a common or shared goal’. Dengan demikian, hal yang menjadi strategis dalam mengembangkan kepemimpinan setidaknya termaktub dalam 2 hal, yaitu pengokohan karakter dan visi masa depan. Dua hal tersebut mampu menjadi narasi bagi seorang pemimpin manakala mereka memiliki pikiran strategis dan berpikir sistem.
Berangkat dari narasi di atas, maka menjadi urgen bagi Program Pengembangan Kepemimpinan Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) menggulirkan Strategic Leadership Training (SLT). Pelatihan ini diharapkan mampu memberikan cara pandang, pola gerak, dan mengisi ruang-ruang kontribusi yang strategis bermanfaat besar bagi masyarakat dan kemanusiaan. Makna yang didapatkan dalam pelatihan ini kemudian diharapkan menjadi bekal bagi para pemimpin muda untuk bertindak strategis
Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
- Mengembangkan aspek kepemimpinan strategis dalam diri penerima manfaat program BAKTI NUSA
- Menguatkan wawasan kebangsaan dan kepemimpinan penerima manfaat program
- Mengambil inspirasi dan keteladaan dari tokoh yang secara langsung telah berkiprah di masyarakat
- Menguatkan jaringan strategis kepemimpinan masa depan
Target Capaian Kurikulum SLT
PROFIL | CIRI-CIRI | INDIKATOR KEBERHASILAN |
Integritas | Profesional | 1. Memliki kapasitas yang dibutuhkan sesuai dengan ruang kontribusi kepemimpinannya |
2. Handal dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan mutu tinggi, cermat dan kreatif | ||
3. Mampu adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang cepat (nasional & global) dan menjalankan peran sesuai visi, misi, dan nilai organisasi | ||
Transparan | 1. Open mind terhadap keberagaman pemikiran | |
2. Mampu bekerjasama dengan orang dan organisasi yang berbeda latar belakangnya | ||
3. Adanya ruang koreksi untuk setiap keputusan yang telah diambil | ||
4. Senantiasa memberikan informasi yang benar tentang Bakti Nusa dan Dompet Dhuafa kepada khalayak umum | ||
5. Senang hati dan berjiwa besar terhadap kritik dan saran atas dirinya | ||
Akuntabel | 1. Komitmen terhadap rencana strategis kepemimpinan yang sudah diembankan | |
2. Komitmen dan konsekuen terhadap kontrak (akad) penerima manfaat program | ||
3. Mencantumkan identitas sebagai penerima program pengembangan kepemimpinan baktinusa didalam branding diri | ||
Cendekia | Berwawasan luas | 1. Menguasai permasalahan kepemimpinan, kebangsaan dan hal-hal yang berkaitan dengan ruang kontribusinya |
2. Menguasai hal-hal baru atas problem kekinian | ||
3. Menguasai arah-arah dan konsep pemikiran kontemporer | ||
4. Mampu menggali tantangan kepemimpinan masa depan dengan literasi kuat kesejarahan | ||
Analitis | 1. Mampu membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario/rekayasa yang rumit | |
2. Mampu memilah informasi yang masuk dan menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih sederhana untuk mengenali pola atau hubungan suatu peristiwa. | ||
3. Senantiasa memberikan argumentasi logis terhadap setiap persoalan | ||
4. Mengambil keputusan berdasarkan data yang valid dan fakta yang akurat. Tepat pada waktu, tempat, dan situasi. | ||
5. Menguasai karakteristik antar generasi | ||
6. Mampu membaca tanda-tanda zaman (kontemporer/kekinian dan kedisinian) | ||
Komunikatif | 1. Mampu berkomunikasi dengan baik sesuai dengan trend zaman | |
2. Memiliki kemampuan teknik komunikasi efektif dengan setiap orang yang bermacam-macam tipe | ||
Melek media dan teknologi | 1. Mengikuti dan menggunakan teknologi terkini | |
2. Menguasai pola rekayasa media dan teknologi | ||
3. Mampu menggunakan media dan teknologi sebagai corong ide/gagasan dengan masif | ||
4. Memiliki kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, mengkomunikasikan isi pesan media, dan menangkap maksud pembuat pesan | ||
5. Mampu memilih (selektif) dan memilah (mengkategori/mengklasifikasi) media, mana yang manfaat mana yang mudarat. | ||
6. Mampu bersikap dan berperilaku kritis pada siaran media | ||
7. Selebritas kebaikan dalam jejaring sosial media (FB, IG, Twitter, dll) | ||
Transformatif | Visoner | 1. Memiliki pandangan visi dan misi yang jelas yang akan dicapai di masa depan |
2. Mampu mengubah visi dan misi menjadi aksi-aksi nyata | ||
3. Memiliki sensitifitas terhadap pengembangan organisasi | ||
Komitmen | 1. Komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakini | |
2. Komitmen terhadap metode/cara yang disepakati bersama | ||
3. Komitmen dalam perbuatan/tindakan bersama | ||
Menggerakkan dan memberdayakan | 1. Membangun hubungan secara efektif | |
2. Mampu menggalang orang lain untuk bekerja sama mencapai tujuan | ||
3. Mampu mengembangkan visi bersama antar tim atau masyarakat | ||
4. Mampu mengoptimalkan peran tim dalam mencapai tujuan | ||
Pemberani | 1. Berani mengambil keputusan yang tepat dan benar meski tidak populis | |
2. Bertindak meraih tujuan, penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko | ||
Melayani | Proaktif | Mengoptimalkan jaringan yang dimiliki untuk membantu dan memberdayakan masyarakat |
Rela Berkorban | Rela Berkorban |
Format Kegiatan
Strategic Leadership Training (SLT) diselenggarakan dalam berbagai variasi format, antara lain training, workshop, diskusi, sharing, talkshow, dan team building.