“Data is the oil of the 21st century, and analytics is the combustion engine.” – Peter Sondergaard
Tahun 2045 akan menandai seratus tahun kemerdekaan Indonesia, dan diharapkan menjadi momentum bagi tercapainya visi Indonesia Emas: negara yang sejahtera, maju, berkeadilan, dan mandiri. Namun, untuk mewujudkan mimpi ini, Indonesia harus melewati berbagai tantangan yang semakin kompleks. Dengan perubahan tatanan global yang cepat, ekonomi nasional, stabilitas politik, kekuatan generasi digital, dan dinamika geopolitik global harus dioptimalkan dengan data dan kebijakan strategis berbasis bukti yang kuat.
Di bidang ekonomi, Indonesia berada di jalur pertumbuhan yang signifikan. Menurut data McKinsey, pada tahun 2030, Indonesia diproyeksikan menjadi ekonomi terbesar ke-7 dunia. Bonus demografi yang mencapai puncaknya pada periode ini adalah aset penting, namun bisa menjadi bencana jika tidak dikelola dengan baik. Laporan Bank Dunia (2023) menekankan perlunya peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan industri yang lebih berorientasi teknologi. Tanpa transformasi struktural yang mendalam, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bisa menjadi ilusi belaka, dan ketimpangan sosial dapat semakin memperdalam jurang ekonomi.
Politik stabil adalah kunci untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat. Pada Indeks Demokrasi 2023 yang dirilis oleh The Economist Intelligence Unit, Indonesia berada di peringkat 52 dunia, tergolong dalam kategori “demokrasi cacat.” Isu korupsi, kepastian hukum, dan reformasi birokrasi menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi. Stabilitas politik bukan hanya soal keamanan, tetapi juga menciptakan iklim investasi yang ramah dan menarik bagi investor global. Sebagai negara yang mengalami pertumbuhan kelas menengah tercepat di Asia, dengan 70 juta kelas menengah pada 2025 menurut laporan Boston Consulting Group, Indonesia harus menjaga momentum ini dengan memastikan stabilitas politik yang solid.
Generasi digital adalah jantung dari masa depan Indonesia. Saat ini, lebih dari 77% penduduk Indonesia adalah pengguna aktif internet (Datareportal, 2023). Media sosial menjadi kekuatan besar yang dapat membentuk opini publik dan menggiring arah kebijakan. Tantangannya adalah bagaimana generasi ini bisa diarahkan menjadi agen perubahan positif, bukan sekadar konsumen teknologi. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan, mayoritas pengguna internet adalah usia muda, yang akan menjadi penggerak utama ekonomi digital di masa depan. Ekosistem startup Indonesia, yang kini telah melahirkan 14 unicorn, harus terus didorong untuk memberikan solusi inovatif dalam berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga keuangan.
Geopolitik global semakin dinamis, dan Indonesia harus memainkan peran yang lebih proaktif. Dalam laporan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (2023), Indonesia disebut sebagai salah satu kekuatan regional yang berpotensi besar untuk mempengaruhi keseimbangan kekuatan antara Amerika Serikat dan China. Di tengah ketegangan Laut China Selatan, perang dagang, dan perubahan iklim, Indonesia harus memastikan posisinya sebagai pemain kunci di kawasan. Melalui diplomasi ekonomi dan politik, Indonesia bisa menjadi jembatan antara kekuatan besar dunia. Dalam hal ini, sinergi antara diplomasi dan strategi ekonomi menjadi penting untuk memastikan akses ke pasar internasional tetap terbuka, sekaligus menjaga kedaulatan nasional.
Dengan kombinasi data, strategi, dan inovasi, Indonesia berada di persimpangan penting menuju Indonesia Emas 2045. Pertanyaannya adalah: apakah kita siap mengelola peluang dan tantangan ini dengan bijaksana? Sejarah akan mencatat bagaimana kita merespons perubahan global dan internal ini. Indonesia punya potensi besar, namun butuh pemimpin yang berani mengambil langkah visioner berbasis data dan fakta untuk mencapai tujuan besar ini.