Bogor – Pemuda memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa. Di tangan merekalah nasib bangsa ini ditentukan. Hanya saja tantangan yang dihadapi kian hari kian berat, sebab itulah mereka butuh bahan bakar guna menyelesaikan misi yang akan dilakukan.
Menyulut semangat para pemuda, pada Minggu (29/11) sebagai rangkaian National Mission 2020, Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) menggandeng Bambang Suherman, Ketua FOZ, Direktur Dompet Dhuafa, memberikan pecutan lewat Training Kepemimpinan Masyarakat sebagai bekal para alumni BAKTI NUSA menghadapi tantangan bangsa.
Di hadapan 138 alumni dari 21 kampus terbaik di Indonesia, Bambang mengatakan jika pemuda harus bisa mengajak masyarakat ikut terlibat dalam kegiatan kemanusiaan dan kebaikan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kontribusi sekaligus membangun kepercayaan dan membersamai ruang perubahan melalui ZISWAF.
Menurut Bambang peran strategis generasi milenial bagi kebangkitan ZISWAF terlihat ketika mereka ditakdirkan hidup di masa pandemi. Dengan kondisi serba terbatas, mereka harus mampu mengelola tantangan yang ada.
“Pemuda zaman ini ditakdirkan menjadi generasi yang mendinamisasi suatu masalah dan mencari solusi atas permasalahan tersebut. Tantangan yang ada saat ini harus menjadi dasar konsep berpikir meng-goalkan misi nasional dalam diri,” ujar Bambang.
Bambang menambahkan, pemuda akan dihadapkan pada idealisme dan pragmatisme dalam mengeksekusi pilihan hidupnya. Karena itulah perlu mengembangkan pola pikir serta potensi agar tidak salah jalan ketika mencapai tujuan hidup dan tak terjebak dalam lingkaran keburukan.
“Sebagai anak muda jangan berpikir sederhana dalam meletakkan kehidupan. Pemuda harus menjadi arsitek yang mengatur bagaimana hidup berjalan, pemuda harus punya semangat, pemuda harus memiliki ambisi besar, pemuda harus memiliki keinginan berkorban untuk mencapai ambisi tersebut, pemuda harus berkontribusi untuk masyarakat, dan pemuda harus tahu potensinya,” tutur Bambang.
Ada dua hal yang bisa dilakukan pemuda untuk memaksimalkan potensi dalam dirinya, yakni networking (jejaring) dan kolaborasi. “Berjejaring adalah energi kita di masa depan agar bisa saling terhubung secara cepat dengan orang lain. Bukan hanya cepat, tetapi juga produktif. Saatnya berpikir tentang produktivitas, jangan hanya menjadi entitas. Jangan cuma terhubung, tapi jadikanlah gerakan. Maksimalkan kesempatan dan tentukan apakah ini sekadar identitas ataukah berujung pada produktivitas,” terang Bambang.
Ia melanjutkan bahwa berjejaring akan terasa hambar tanpa adanya kolaborasi, “dalam kurun waktu 24 jam seharusnya seorang pemuda mampu menghasilkan satu produk kolaborasi. Jika masih sulit dicoba dulu sambil menggeser gagasan menjadi realitas, memetakan hal-hal yang akan dilakukan, dan mencari keunggulan dari kolaborasi yang akan dibuat. Yakinkan diri jika kolaborasi ini adalah bagian dari solusi,” jelas Bambang. (AR)