Berdiskusi dengan anak menjadi nilai yang sangat penting dalam membangun keluarga, simak kisah berikut
Alkisah ada dua orang anak kecil, sebut saja namanya beni dan doni, keduanya memiliki kesukaan di bidang melukis, beni adalah seorang anak tumbuh pada lingkungan yang supportif, kedua orang tuanya selalu mendukung langkah yang diambil oleh anaknya, dan doni tumbuh dalam lingkungan yang biasa biasa saja, bahkan kedua orang tuanya seringkali menyalahkan kegagalan atas sebuah keputusan yang diambil oleh doni. Pada sebuah kontestasi menggambar, beni dan doni mengikuti perlombaan tersebut, dimana pada akhir perlombaan tidak ada satupun nama mereka yang keluar menjadi juara dalam perlombaan, namun keluarga beni terus mengapresiasinya, dan tidak membiarkan dirinya menyerah dan terus mengasah kemampuan menggambarnya. berbeda dengan keluarga doni yang malah memarahi akibat kegagalan dalam perlombaan melukis, orang tuanya mengatakan bahwa menggambar bukanlah bakat dari seorang doni. Bertahun-tahun setelahnya Beni tumbuh menjadi pelukis yang terkenal, karyanya banyak dikagumi oleh orang-orang, sedangkan Doni kehilangan kemampuan melukisnya dan tidak pernah berminat menjadi seorang pelukis.
kisah singkat di atas tentunya memberikan sebuah pelajaran bahwa sejatinya anak-anak terlahir dengan potensi-potensi yang luar biasa, setiap orang tua perlu menyadari bahwa setiap anak cerdas, setiap anak memiliki bakat. maka yang menjadi tugas orang tua ialah membantunya dalam menemukan setiap langkah terbaik bagi anaknya, dan senantiasa mendampingi dalam tiap tahap perkembangan di hidupnya. keluarga merupakan supporting system yang sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang anak, seperti kata pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, like father like son.
dalam konteks contoh diatas, anak-anak sebaiknya dibiarkan bebas untuk memilih dan diajarkan konsep mengenai negosisasi. sehingga dalam mengambil berbagai keputusan anak akan selalu merasa dilibatkan. Jika budaya berdiskusi ini tumbuh dalam diri setiap anak, maka dalam kehidupannya ia akan tumbuh menjadi seseorang yang bijak dalam menentukan sebuah keputusan. seorang anak yang terbiasa diajak berdiskusi oleh kedua orang tuanya maka ia menjadi seorang anak yang akan terbiasa mendengarkan seluruh pendapat pendapat dan cenderung tidak pernah memaksakan pendapatnya diterima oleh orang lain, ia akan mengarahkan pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan dampak akhir apabila sebuah keputusan diambil.
budaya berdiskusi semacam ini harus mulai dipahami oleh para orang tua dan ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil, dengan perkembangan informasi yang semakin cepat dan sangat terbuka menjadikan anak-anak jauh lebih pintar dari orang tua mereka, tanpa adanya kegiatan berdiskusi anak akan merasa tidak diberikan ruang berpendapat dan cenderung akan mencari pelarian dalam bentuk yang berbeda ketika pendapatnya tidak didengar oleh orang terdekatnya, dengan saling berdiskusi tentu akan menciptakan sebuah lingkungan keluarga yang harmonis dan terbuka dengan perbedaan.
itulah mengapa ketika seseorang memutuskan untuk menikah, sangat penting sebelumnya untuk mempelajari tentang pola pola komunikasi terhadap anak, menciptakan lingkungan tumbuh kembang yang kondusif dan berbagai ilmu parenting lainnya, persiapan yang matang inilah yang akan menjadikan sebuah pernikahan dapat dikatakan berhasil dalam mewujudkan visi sebagai pencetak peradaban di masa depan, baik dunia maupun akhirat.
tulisan oleh Halah, PM BA 9 Palembang