Pengangkatan Nadiem Makarim sebagai Mendikbud, Tepatkah?

Oleh Faris Hafizh Makarim

Mahasiswa Institut Tekonologi Bandung

Tak punya latar belakang karya dalam bidang pendidikan, itulah yang menjadi alasan utama pro dan kontra dalam pengangkatan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Apa alasan pengangkatan ini?

“Yang kedua harus relevansi, Presiden selalu bilang link and match antara industri dan institusi pendidikan. Relevansi dari skill-skill tersebut yang kita pelajari harus relevan,” kata Nadiem Makarim pada acara serah terima jabatan di Kemendikbud (23/10/2019). (Prabowo, 2019)

Dari kutipan tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa pendidikan Indonesia ke depannya diorientasikan kepada pemenuhan kebutuhan industri. Alasan pengangkatan Nadiem ini cukup relevan melihat latar belakangnya dalam pengembangan startup berbasis teknologi dan dunia industri 4.0. Sayangnya, ada hal yang menggelisahkan tentang fenomena ini, yaitu orientasi pendidikan Indonesia itu sendiri yang ternyata sangat ditujukan agar para siswa-siswi terdidik Indonesia masuk ke dunia industri.

Sebenarnya konsep ini sangat cocok untuk dijadikan dasar dari pendidikan di kota-kota besar yang memiliki banyak industri. Namun, jumlah industri tidak bisa dibilang banyak untuk daerah-daerah pinggiran. Apakah dengan pendidikan bertema industri ini, orang-orang di daerah selain perkotaan harus pindah ke kota-kota? Kalau begitu, siapa yang membangun daerah-daerah lain ini jika semua sumberdaya unggul diminta bekerja di industri-industri yang jauh dari daerah mereka? Apalagi jika industri-industri tersebut tidak memberikan timbal balik apapun ke daerah-daerah kecil. Pendidikan bertema industri ini berpotensi membuat daerah-daerah tertinggal semakin tertinggal, meningkatkan tingkat kesenjangan Indonesia. Inilah keberpihakan pendidikan Indonesia dalam lima tahun ke depan dengan asumsi bahwa jumlah industri di daerah pinggiran tidak dinaikkan dan/atau industri-industri tidak memberikan timbal balik yang layak kepada masyarakat kecil (seperti yang selama ini terjadi).

Kita baru membahas aspek pendidikan. Bagaimana dengan aspek kebudayaan? Berita-berita tidak ada yang pernah mengangkat aspek ini. Sama seperti aspek pendidikan, tidak ada latar belakang kebudayaan yang kuat dari Mendikbud kita ini, apalagi melihat latar belakang kuliahnya yang semuanya berada di luar negeri. Apakah Nadiem Makarim sudah merasakan langsung seberapa kaya kebudayaan di negeri ini? Pertanyaan berikutnya adalah, apakah beliau sudah tau kenapa pendidikan dan kebudayaan disatukan menjadi satu kementrian? Hal ini berkaitan erat dengan konsep pendidikan yang berkubayaan milik Ki Hadjar Dewantara. Poinnya adalah pendidikan dapat mengubah manusia sehingga manusia tersebut dapat mewarnai cara berpikir, tingkah laku, dan kebiasaan masyarakat (yang dapat kita sebut kebudayaan). Selanjutnya, kebudayaan masyarakat akan memengaruhi seluruh komponen masyarakat di dalamnya, yang mana merupakan proses mendidik manusia juga. Pendidikan membentuk kebudayaan, kebudayaan membentuk pendidikan. Pendidikan dan kebudayaan ini memiliki landasan filosofis yang cukup dalam. Apakah beliau yang tidak memiliki latar belakang karya di pendidikan dan kebudayaan sama sekali sudah mengerti konsep ini?—inilah kegelisahan kedua saya.

Saya sangat mengapresiasi keputusan yang bapak Mendikbud ambil hari ini untuk mempelajari segala seluk beluk kondisi pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Saya memberikan saran kepada bapak untuk merasakan juga bagaimana kehidupan masyarakat yang jauh dari pusat-pusat kota sehingga dapat merumuskan orientasi pendidikan untuk orang-orang di sana. Poin kedua adalah, saya berharap bapak dapat mempelajari lebih dalam filosofi pendidikan dan kebudayaan dan menujukkannya sehingga bapak dapat membuktikan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa bapak layak mengemban amanah yang bapak ambil hari ini.

 

Sumber:
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20191025061835-37-109984/mendikbud-nadiem-makarim-tugas-berat-dari-jokowi-sandiaga

https://tirto.id/nadiem-makarim-pendidikan-harus-link-and-match-dengan-industri-eke9