Bogor – Di era modern ini pemuda memegang peranan penting terhadap perubahan sebuah bangsa, salah satunya dengan berkontribusi meminimalisasi laju kemiskinan dengan ragam inovasi. Inilah yang dilakukan oleh Triana Rahmawati, Founder Griya Schizofren & Youthproject.id. Tria, sapaan akrabnya, didaulat menjadi pemateri di gelaran Leadership Summit 2020 pada Sabtu (19/12) yang dilaksanakan daring.
Bagi Tria pemuda memiliki potensi besar mengubah suatu bangsa, pemuda memiliki potensi besar menjadi pemimpin terbaik untuk generasinya, dan penting bagi pemuda mengetahui potensi unik dalam dirinya. Hanya saja menurutnya masih banyak pemuda yang belum mau bergerak padahal sudah tahu harus berbuat apa untuk bangsanya.
“Di era pandemi ini pemuda mesti bisa mengambil keputusan dengan tepat. Ia harus memiliki kemampuan untuk mengubah dan mengedukasi dirinya tentang apa yang terjadi hari ini dan harus melakukan apa untuk membantu mengatasi masalah yang ada,” tegas Tria di hadapan 57 penerima manfaat Beasiswa aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) Angkatan 10.
Tria yang pernah menyabet Kartini Milenials Awards menyampaikan jika pemuda terkhusus perempuan harus berdaya. “Kenapa perempuan harus berdaya? Karena perempuan adalah pencetak peradaban negeri ini. Sebab itulah perempuan harus memiliki pemikiran luas dan mampu melihat peluang strategis untuk memberdayakan orang lain,” jelas Tria.
Menurut Tria dengan memberdayakan orang lain maka perempuan telah berkontribusi mengurai masalah kemiskinan. Ia menuturkan jika perempuan memiliki kemampuan menggerakan masyarakat melalui kegiatan dari sektor terkecil rumah tangga, perempuan memiliki kemampuan mengubah dari rumah; sebab rumah adalah tempat pertama melakukan perubahan, dan perempuan memiliki jaringan motherhood yang kuat saling sokong satu sama lain. “Dengan kemampuannya tersebut sejak lama perempuan telah meminimalisasi tingkat kemiskinan, meskipun skalanya tidak besar namun secara konsistensi terus berjalan dan kehadirannya terasa hingga saat ini,” ujar Tria.
Tria yang sukses dengan Griya Schizofrennya ingin mengajak pemuda berkontribusi nyata merangkul mereka yang dianggap tak berdaya tetapi memiliki kemampuan luar biasa. “Hubungan kemiskinan dan kejiwaan ternyata erat kaitannya, hanya saja banyak yang meremehkan orang dengan masalah kesehatan jiwa, padahal mereka pintar dan mampu berdaya untuk dirinya juga komunitasnya,” terang Tria.
Sebagai penutup, Tria mengingatkan tiga poin penting agar pemuda paham cara menggapai tujuannya, antara lain pemuda memiliki bio power yang harus dimanfaatkan supaya bisa terus bergerak, berinovasi, berkontribusi, dan berdaya; self leadership pemuda harus jalan, dan skill adaptif yang dimiliki membuat pemuda terus berkembang.
“Jangan merasa nyaman lalu tertinggal, no pain no gain untuk mendapatkan impian-impian kita. Hidup itu mengambil konkuesni yang bisa kita ukur,” pesan Tria. (AR)