Menjadi muslim memang memiliki konsekuensi sebagai pelopor perubahan. Karena ibadah kepada Allah bukan perkara hubungan kita dengan Sang Ilahi saja, tetapi hubungan kita dengan manusia yang lain juga dihitung sebagai ibadah.
Tauladan sudah berbicara dan memberi contoh, yaitu Rasulullah saw. Guru tauladan yang memberikan segudang kisah mengenai bagaimana menjadi pelopor perubahan.
Tiga Wajib Diperhatikan Dalam Menjadi Seorang Pelopor Perubahan
Ada tiga hal yang harus diperhatikan saat menjadi seorang pelopor, yaitu akal, hati, dan perbuatan. Berikut penjelasannya!
- Akal
Dengan berakal akan membuat kita menyadari dan memahami apa yang salah dan bagaimana yang seharusnya. Oleh karena itu menuntut ilmu menjadi kewajiban seorang mukmin agar kita tidak bodoh hidup disepetak bumi ini.
Oleh karena itu, kita sebagai manusia tidak hanya menuntut ilmu dunia saja, tetapi berusaha meluangkan waktunya untuk menuntut ilmu akhirat walaupun tidak wajib melalui jalur formal. Sebab modal ilmu inilah yang membuat manusia memahami dan merefleksi esensi manusia diciptakan, tentang apa yang terjadi atau yang akan terjadi.
- Hati
Hati adalah fungsi utama dalam menggerakkan fisik kita. Tanpa ada dorongan dari hati, kita akan malas atau asal-asalan dalam melakukan sesuatu. Niat ini yang akan menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai, sehingga akan menjadi parameter utama kesuksesan tindakan. Oleh karena itu, penting untuk selalu mempertanyakan pada diri sendiri apa yang menjadi niat dari setiap tindakan kita agar mampu menyadari betul niatnya. Dengan adanya niat kita akan termotivasi melakukan sestau, salah satunya menjadi pelopor perubahan. Tentu niat yang dipilih bukan sekedar untuk duniawi tetapi juga untuk kehidupan paska dunia.
Penting juga untuk mencari motivasi atau inspirasi atau lingkungan yang mendukung, yang mampu merefleksi kembali tentang urgensi dalam kita melakukan sesuatu. Agar hati tetap bernaung pada yang semestinya.
- Aksi Nyata
Ini berbicara mengenai “how” atau bagaimana merealisasikan dari apa yang sudah kita usahakan mendapatkannya. Kita telah menuntut ilmu, tela menyempurnakan niat, lantas apa yang selanjutnya kita lakukan? Ya, yang kita lakukan selanjutnya ialah mengamalkannya.
Merealisasikan dari segala bekal yang kita dapatkan atau tempuh. Saat kita berniat menjadi pelopor perubahan, maka aksi nyata dari ilmu-ilmu dan bekal lain yang telah kita tempuh sangat penting. ya kita harus berani mewujudkannya. Dalam merealisasikannya, dibutuhkan sebuah keterampilan. Perubahan apapun yang ingin kita buat, pasti membutuhkan keterampilan tertentu untuk mengerjakannya.
Semua bisa menjadi pelopor perubahan. Semua bidang kehidupan memang membutuhkan pelopor perubahan. Sehingga kita sebagai manusia wajib memilih lingkungan atau bidang yang kita ahli disana untuk menjadi pelopor perubahan. Seluruh manusia memiliki peran sebagai pelopor perubahan.
Meskipun seorang perempuan yang memiliki peran sebagai kunci peradaban dunia, tentu memiliki pengaruh besar dalam menjadi pelopor perubahan. Walau perempuan memutuskan bekerja dari rumah atau banyak menghabiskan waktu atau melakukan aktivitasnya di rumah, tetap saja ia mampu berkontirbusi memberi perubahan. Contoh kecilnya saja dengan menjadi ibu bagi anak-anaknya kelak. Jangan pandang remeh peran seorang ibu yang hanya di rumah saja. Kontribusinya sangat besar bagi kehidupan walaupun kalau dilihat hanya merawat anak. tetapi apabila anak itu berhasil dididik oleh ibunya, maka akan memunculkan pahlawan-pahlawan yang mendukung tumbuhnya peradaban.