Nasihat yang Membangunkan Mimpi yang Sempat Tertidur Lelap

oleh: Nadya Anggraini

“Ilmu adalah bukti kecintaan manusia terhadap Tuhannya.” nasihat guru pagi senin kala itu. Tidak banyak yang ingin saya bagi kali ini, hanya beberapa petuah dari guru saya ketika saya kembali berkunjung ke kampus saya semenjak 5 bulan yang lalu saya resmi dinyatakan sebagai alumni Pendidikan Fisika Universitas Sriwijaya.

Pesan Bapak kepada Nadya hanya dua. Pertama, Setinggi apapun sekolahmu nantinya, tetaplah menjadikan guru-gurumu sebagai gurumu. Meski nantinya kamu menjadi dosen, mengabdikan diri ke almamatermu kemudian bertemu dengan dosen-dosenmu yang posisinya saat itu adalah rekan kerjamu, mereka tetaplah gurumu. Tidak akan ada mantan guru karena tidak ada pula yang namanya bekas ilmu. 

Kedua, ingat nak, tujuan kamu sekolah itu menuntut ilmu bukan memburu ijazah untuk mendapatkan materi semata. Bukankah pada Quran Surah Al-Mujadalah dengan lantang Allah menyerukan firman-Nya bahwa Allah SWT akan mengangkat derajat  orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Ilmu Allah tidak terbatas hingga menuntut ilmu Allah pun juga tak terbatas waktu. Semisal saja, seteluh lulus S1 kamu mempunyai keinginan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi yaitu S2 ataupun S3 maka tanyakan dulu kepada dirimu apa yang sebenarnya yang hendak dirimu lakukan, akankah itu memberikan kebermanfaatan bagi orang lain, apakah itu bisa menjadikan mu mendapatkan tiket ke surgaNya. Menjadi manusia yang berilmu bukan untuk digaji manusia tapi bayaran termahalnya adalah derajat yang lebih tinggi di hadapan Allah. 

Cukup dua saja pesan bapak, mungkin saat ini dirimu tengah dilema akan beberapa pilihan yang wajib kamu putuskan salah satu darinya saja. Kamu yang punya cita-cita S2 akan merasa tertinggal ketika melihat teman-teman sebayamu sudah berkerja dan dapat menghasilkan uang sendiri. Pun sebaliknya, teman-temanmu yang berkerja merasa bahwa hidupmu lah yang paling enak. Belum disibukkan dengan puluhan tuntutan kerja setiap harinya. Sedang yang sudah menikah pun akan memiliki rasa yang sama memandang kalau akan jauh lebih bebas ketika belum ada keterikatan, di sisi lain yang belum mempunyai pasanganlah yang mengaggap orang yang sudah menikah adalah mereka yang paling bahagia karena senantiasa mempunyai kawan untuk berbagi tawa dan duka. Itulah kelakuan manusia yang selalu berulang. Bukankah  Tuhan telah memberikan mereka garis hidup masing-masing, lalu apa yang perlu dikhawatirkan jika jaminannya adalah janji Tuhan?

Nak, hadiah Allah berupa materi dunia itu hanyalah bonus, nah untuk mendapat bonus itu kalian juga wajib mendapatkan yang pokoknya, bukan? Masa pasca kampus adalah masa yang menuntutmu menjadi “kamu” yang sebenarnya dan seutuhnya. Bukan seberapa cepat kamu memakai toga tapi seberapa jelas kemana dirimu akan melangkah setelah melepas toga. Hal yang paling penting adalah di manapun kamu, apapun posisimu, jadilah bermanfaat dengan ilmumu bagi orang di sekitarmu. Bismillah wa biidznillah.

Terimakasih atas nasihat yang akhirnya membangunkan kembali mimpi saya yang sempat tertidur lelap, pak.