Beberapa bulan terakhir terjadi fluktuasi harga minyak goreng. Sebelumnya sempat langka dan terjadi kenaikan harga yang cukup tajam dibeberapa daerah, namun belum lama ini minyak goreng kembali melimpah sayangnya dengan harga yang mengalami kenaikan tajam secara merata. Hal ini terjadi sejak pemerintah mecabut Harga Eceran Tertinggi (HET) pada minyak goreng kemasan. Kini harga minyak goreng berkisar 24.000-25.000 per liternya.
Sebelumnya, setiap ada minyak subsidi hampir selalu terjadi panic buying bahkan beredar berita yang menyiarkan seorang ibu meninggal dunia pada saat mengantri minyak goreng. Ketika HET minyak goreng dicabut dan harganya pun melambung tinggi, tidak sedikit kalangan yang mengeluh stress terutama para ibu rumah tangga yang sudah terbiasa membuat makanan dengan serba menggunakan minyak atau digoreng. Tentu case ini akan berbeda dengan pedagang ataupun industri makanan yang memang memproduksi makanan dengan cara digoreng. Namun, kondisi ini ternyata bisa diambil celah positifnya. Mencoba menyingkirkan sementara segala isu penyebab naiknya harga minyak goreng, atau mengapa terjadi kelangkaan minyak goreng, kondisi ini bisa disiasati sebagai waktu untuk hidup lebih sehat yaitu dengan mengurangi konsumsi minyak goreng. Walau mungkin tidak mudah bagi sebagian orang yang sudah terbiasa mengonsumsi gorengan atau berbagai olahan dengan minyak yang banyak, kondisi ‘terpaksa’ ini akan membantu membiasakan diri.
Agar lebih aware terhadap alasan mengapa melakukan hidup lebih sehat dengan cara mengurangi konsumsi minyak goreng itu penting, kita lihat dulu sebenarnya apa bahaya mengonsumsi minyak goreng dalam jumlah yang banyak dan frekuensi sering. Minyak goreng atau minyak kelapa sawit mengandung kalori dan lemak yang cukup tinggi yaitu 50 kkal dan 5 gram lemak dalam 1 sendok tehnya. Kementerian Kesehatan juga sudah lama menerapkan anjuran konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) yaitu paling banyak 4 sendok makan (50g) gula, 1 sendok teh (5g) garam, dan 5 sendok makan (67g) minyak per harinya. Namun anjuran GGL ini bukan hanya dihitung dari konsumsi gula, garam, dan lemak yang dimasukkan ke bahan makanan yang dimasak tapi juga termasuk semua makanan atau minuman kemasan yang dikonsumsi.
Minyak goreng mengandung kalori sebanyak 50kkal dalam 5 gramnya, itu berarti dalam 67g sudah terdapat 670kkal. Rata-rata kebutuhan kalori kita adalah 2150 kkal sehingga konsumsi minyak sebanyak 5 sdm saja sudah mengambil porsi 31% dari kebutuhan kalori harian. Belum lagi dari berbagai makanan lain yang kita konsumsi dalam sehari. Sehingga salah satu akibat dari konsumsi minyak dalam jumlah banyak ataupun gorengan adalah risiko kenaikan berat badan yang cepat. Minyak goreng juga mengandung lemak trans yang cukup banyak dan berperang penting dalam penambahan berat badan. Sudah banyak penelitian yang dilakukan dan membuktikan bahwa konsumsi minyak goreng yang banyak dapat meningkatkan risiko penyakit jantung atau kardiovaskuler. Kandungan lemak jenuh dan lemak trans pada minyak goreng dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Konsumsi minyak goreng dalam jumlah yang banyak juga dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes terutama bila dibarengi dengan konsumsi yang banyak mengandung tepung-tepungan.
Pembatasan minyak goreng bukan berarti sama sekali tidak mengonsumsi makanan yang mengandung lemak, karena lemak sendiri juga dibutuhkan oleh tubuh sebagai penyedia energi jangka panjang, juga berperan dalam penyerapan vitamin A, D, E, dan K. Jenis dan jumlahnya lah yang perlu diperhatikan. Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai alternative adalah sebagai berikut :
- Membatasi jumlah makanan yang mengandung banyak minyak atau diolah dengan cara digoreng.
- Mengganti minyak goreng dengan minyak yang lebih sehat seperti minyak zaitun. Namun perlu juga diperhatikan minyak apa saja yang tidak disarankan untuk digunakan saat menggoreng karena memiliki kandungan tertentu yang tinggi misalnya asam lemak.
- Mengganti cara memasak dari menggoreng dengan menumis yang menggunakan sedikit minyak, atau merebus, mengukus, dan membakar yang hampir tidak membutuhkan minyak goreng.
Beberapa kalangan mungkin tidak akan mudah menjalankan berbagai alternatif tersebut. Sebelumnya harga gorengan juga cenderung lebih murah sehingga sering menjadi pilihan banyak orang. Namun dalam kondisi ini, hal tersebut akan menjadi pilihan yang tepat, kalau belum mampu merasionalkan dengan alasan kesehatan setidaknya alasan harga minyak goreng yang mahal bisa jadi permulaan untuk memulai hidup lebih sehat dengan mengurangi konsumsi minyak goreng (gorengan).