Sebagai manusia yang melakukan perjalanan tidak sebentar di bumi, mungkin terdapat satu kata yang pantas untuk diresapi. Makna. Maka ukuran-ukuran hidup bukan lagi dihitung dari kumpulan angka namun makna. Sebagai salah satu makhluk yang diberi amanah untuk menjadi khalifah resah rasanya jika hanya menjalani peran tanpa sebuah pemaknaan.
Peran sebagai manusia telah sempurna dijalani oleh beberapa pendahulu kita di masa lalu. Rasulullah misalnya. Aktualisasi makna selalu bliau gambarkan dengan sebuah frasa bernama optimisme. Bliau tidak pernah main-main dalam meletakan tujuan hidup (yang kemudian akan kita sebut dengan mimpi)
Angkasakan mimpimu
Sebagaimana manusia paling sempurna itu tatkala menjajinkan takluknya dua kota imperium pada masanya, Konstantinopel dan Persia. Padahal kita tahu kondisi Rasulullah kala itu sedang di lembah khandaq, tengah terseok di himpitan lapar, tengah terbatas tekanan haus. Belumlagi, esoknya bliau diserang oleh musuh, 10.000 jumlahnya.
Angkasakan mimpimu
Sebagaimana Rasulullah dengan tenangnya berkata tentang kemenangan. Padahal kita tahu, bahwa Rasulullah harus mengganjal perutnya dengan dua batu untuk menjaga dari himpitan lapar yang tak terhingga. Juga kondisi tempat tidurnya yang hanya seutas pelepah kurma. Rasulullah seolah menyampaikan bahwa tidak ada hubungannya antara keterbatasan dengan mimpi tentang peradaban
Angkasakan mimpimu
Sebagaimana Rasulullah yang menyampaikan penguasaan seluruh jengkal tanah yang ada di Roma. Sebuah imperium kuat pada zamanya. Padahal kita tahu, kala itu Rasulullah sedang terusir dari kampung halamanya, tengah diancam di tanah tempatnya melihat dunia untuk pertama kalinya.
Angkasakan mimpimu
Sebagaimana Rasulullah dengan keyakinan tanpa tapi menyurati segenap Imperium dari Mesir hingga Romawi. Sebuah surat yang di awali dengan Bismillah dan di maknai sebagai ajakan menyembah Ilahi. Padahal kita sama-sama mengerti, kala itu kekuatan Islam belum berarti, kuantitasnya juga tidak sebanyak saat ini
Terbangkan mimpi baik itu ke angkasa. Jangan khawatir, kita punya Allah yang tidak pernah main-main dengan doa hambaNya
-Yonatan Y. Anggara