Mengajarkan Cinta dengan Cinta

Pohon pinus rindang yang ditaman dipinggir Pantai Tan Sri Dano telah merubah pemandangan Pantai menjadi lebih sejuk. Ini juga yang menjadi daya tarik pantai ini kini meningkat sehingga lebih ramai dikunjungi terutama saat weekend.

Disatu sisi tentu ini adalah potensi pariwisata lokal yang dapat menunjang perekononian masyarakat sekitar. Namun disisi lain muncul masalah baru. Wajah pantai yang asri itu kini harus berhadapan dengan sejumlah sampah khususnya sampah plastik. Belum tersedianya sarana yang memadai seperti tempat sampah, menyebabkan wisatawan yang berkunjung membuang sampah sembarangan.

Selain itu faktor lain adalah dari internal diri individu itu sendiri yang belum terinternalisasinya budaya menjaga kebersihan lingkungan, budaya untuk mengurangi penggunaan sampah plastik, akhirnya pantai ini kini perlahan menjadi pantai yang dipenuhi sampah plastik. Miris.

Weekend kemarin saya dan adik-adik PM Dapur Literasi mengadakan kegiatan bersih-bersih pantai. Pesertanya adalah adik-adik Sekolah Dasar se Kenagarian Taluk. Mereka membawa kantong plastik masing-masing dari rumah sebagai wadah untuk mengumpulkan sampah nanti. Saya menjelaskan rangkaian kegiatan dan teknis. Sambil memungut sampah kami bagi tugas ada yang bertugas mendukumentasikan dan bertanya tentang kesan mereka, dan memilih sampah juga tentunya.

“Cintai pantai dengan tidak membuang sampah plastik saat berwisata ke pantai”

Usai mengumpulkan sampah, aku mengajak adik-adik PM Dapur Literasi duduk di pondok bambu yang sengaja dibangun dipinggir muara. Kesempatan itu aku manfaatkan untuk mensosialisasikan tentang kesadaran menjaga kebersihan lingkungan terutama dari sampah plastik serta pemahaman pentingnya mengurangi penggunaan sampah plastik.

Aku berharap dari pembelajaran berbasis inkuiri yang mereka lakukan dan dengan dikuatkan lagi melalui sosialisasi pemahaman konsep, akan menjadi pengalaman yang hidup dialam bawah sadar mereka. Betapa mencintai lingkungan itu adalah tanggungjawab setiap kita. Dan mereka pernah diajarkan untuk itu.

Aku paham bahwa membentuk karakter bukanlah hasil yang bisa dipetik dalam satu dua hari. Maka memulainya hari ini adalah sebuah keharusan. Menyisihkan sedikit waktu dan mengorbankan sedikit kesenangan yang kita miliki untuk berbagi bersama mereka adalah pilihan yang harus dibayar lunas dengan cinta. Iya. Karena hanya dengan menjalaninya dengan cinta kita akan ikhlas dalam melangkah.

Mereka adalah generasi yang kelak akan berjuang bersama kita atau malah yang akan meneruskan perjuangan kita. Maka membangun karakter dari hal-hal kecil disekitar kita adalah pembelajaran yang akan terinternalisasi didalam diri mereka menjadi karakter. Teruntuk rekan-rekan sesama aktivis teruslah mengajarkan cinta dengan cinta.

Mengajari cinta dengan cinta