Menata Perjuangan

Setiap orang punya perjuangannya masing-masing yang menempa dirinya hingga sampai pada hari ini. Bahkan sejatinya hidup kita hanyalah perjuangan tiada henti untuk mencapai sebuah tujuan. Tahun 2020 harus dijadikan menjadi salah satu tahun perjuangan. Memaknai setiap kegagalan sebagai ajang mawas diri. Berusaha ‘nyabar-nyabarin’ diri berharap dapet support terbesar dari ‘shelter’ kita.

 

“Sesungguhnya, pertolongan itu mengiringi kesabaran, sesungguhnya kelapangan itu mengiringi kesempitan, dan sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan”.

 

Perjuangan yang kita tempuh,akan menuntut diri kita melipatgandakan daya tahan dan kesabaran, menguatkan dan membersihkan niat. Meyakini bahwa kekuatan terbesar ada di dalam hati, bukan fisik kita. Ada hati yang harus terus dibersihkan dan dikuatkan. Bukan berarti tidak boleh lelah, yang ada tidak boleh menyerah.

 

Memaknai perjuangan sebagai batu loncatan untuk mewujudkan mimpi. Satu mimpi terwujud, akan membuka gerbang mimpi yg lain. Selalu ada hal yang memacu kita untuk bergerak. Maka berusahalah untuk ‘nyabar-nyabarin’ diri. Maka benarlah “bersama kesulitan ada kemudahan” artinya, kita sudah dibersamai dan akan selalu dibersamai. Kemudahan itu telah ada sejak kita ditimpa kesulitan, tinggal bagaimana usaha kita untuk menemukan kemudahan itu.

 

Berbicara tentang ini, saya terinspirasi dari buku dr.Davrina yang berjudul “Trias Muslimatika” bagaimana agar kita menghadapi ketidaksempurnaan dalam hidup dan senantiasa memperbaiki seumur hidup dengan ‘percaya’.

 

Percaya, bahwa dibalik setiap perjuangan, pasti ada proses menempa yang luar biasa. Hasil ‘ditempa’ dapat menjadi pelajaran agar tetap fokus pada goal-goal yang diinginkan. Belajar untuk failing forward, setiap ada hal yang membuat kita jatuh, kita akan terjatuh ke depan dan membuat kita melangkah lebih jauh.

 

Life doesn’t get easier or more forgiving, we get stronger and more resilient” – Steve Maraboli.

 

Resiliensi, artinya ketika kita ‘jatuh’ dalam hidup, kita bisa kembali dalam bentuk yang lebih kuat. Hasil ‘ditempa’ berkali-kali adalah bentuk perjuangan  yang menumbuhkan resiliensi secara perlahan pada diri kita. Bukan hanya sanggup menghadapi kegagalan, tetapi berani mengevaluasi dan mengambil pelajaran agar tidak jatuh ke lubang yang sama.

 

Percaya, bahwa semakin panjang dan sulitnya perjuangan, maka akan sebanding dengan panjang dan banyaknya kemudahan yang didapat suatu saat nanti. Memasuki awal tahun, masa juang yang baru, dan kemudian mulai menata perjuangan (lagi).