Membaca Matanya

[Membaca Matanya ]

By Hani Fajrah

.
Namanya Tika Yahya, adalag satu dari tiga bersaudara yang sekolah di Sekolah Tapal Batas (STB) Sebatik.
.
Sebatik adalah Pulau yang dimiliki oleh dua negara, Indonesia dan Malaysia. Ialah pulau yg dilewati oleh patok-patok perbatasan, yang menyimpan kisah anak-anak pejuang kehidupan, kemanusiaan.
.
Gadis kecilku Tika adl satu diantara 39 anak STB yang kini tengah menjalani proses, menempa diri menjadi pejuang kehidupan, kemanusiaan.
.
Orang tua mereka tinggal di Borneoko, bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit. Beruntung mereka merespon positif keinginan anaknya untuk bersekolah.
.
Dari Borneoko ke sekolah, mereka harus menempuh perjalanan sekitar satu jam dg medan yg tidak biasa, jalan tanah liat, yg licin saat hujan, jalan kerikil yg liar kala terik, jadi mau terik atau hujan sama saja tantangannya. Belum sampai disitu, demi perjalanan menuju sekolah Bapak mereka yg mengantarkan harus rela membonceng tiga putra-putrinya melewati entah berapa kali harus naik-turun bukit. MasyaAllah.
.
Sama seperti anak STB yg lain, Tika dan dua abangnya biasa dijemput setiap sabtu siang dan diantar lagi setiap ahad sore.
.
Tapi, Ahad ini Tiga bersaudara itu belum kunjung datang. Sampai senin pagipun ke tiganya juga belum datang?. “Ada apa dg Tika?” Kenapa dia belum masuk sekolah.
.
Sore menjelang senja, terdengar salam dg rauh wajah bahagia. Suara yg tidak asing. Iyaaa… alhamdulillah, tiga bersaudara itu sudah sampai.
“Kenapa terlambat nak?”
“Kemarin tdk mencuci ummi, jadi waktu mau diantarkan baju kami masih basah”, jawabnya polos.
.
Ummi Sur lanjut menasehati mereka dan memberikan panishmen atas kesalahannya.
.
Karena memang dua minggu ini tidak turun hujan. Penampungan air kering. maka ketiganya diminta membantu mengangkutkan air, sekedar untuk keperluan dapur asrama. Untuk mencuci piring dan memasak.
.
Ketiganya menjalankan tugas yg telah diberikan tanpa beban. Aku waktu itu hanya mengamati mereka sambil membantu memasak di dapur untuk makan malam. Ke tiganya tampak riang, saling berkejar2 an membawa air di tentengan masing2.
.
Tiba2… Jimmi yg berlari paling depan, tidak sengaja menginjak bagian penutup tank di belakang dapur. Beruntung dia lincah melompat, dari arah belakang Tika menyusul… sontak si Abang berteriak. “Tikaa awaaasss”, belum selesai teriakannya.. “plaaakkk!!!” Tika telah lebih dlu terperosok ke dalam lubang.
.
Beruntung tank itu sudah kering, karena sudah dua minggu ini tidak lagi digunakan.
.
Karena kaget, jatuh, tangisnya pecah. Dua abangnya menghibur, menenangkan. Aku yg waktu itu jga sdg di dapur berusaha menenangkan. “Apa yg sakit, nak?”Dia masih menangis. Agaknya karena kaget dan malu. Teman2nya datang, aku meminta salah satu mereka mengambilkan baju dan jilbab pengganti bajunya yg basah. Dan menemaninya bersih-bersih di kamar mandi masjid.
.
Ahh gadis kecilku, tetaplah semangat menjalani prosesmu, menikmati setiap keping pengalaman yg mendewasakanmu.

[Membaca Mata]
.
Namanya Tika Yahya, adalag satu dari tiga bersaudara yang sekolah di Sekolah Tapal Batas (STB) Sebatik.
.
Sebatik adalah Pulau yang dimiliki oleh dua negara, Indonesia dan Malaysia. Ialah pulau yg dilewati oleh patok-patok perbatasan, yang menyimpan kisah anak-anak pejuang kehidupan, kemanusiaan.
.
Gadis kecilku Tika adl satu diantara 39 anak STB yang kini tengah menjalani proses, menempa diri menjadi pejuang kehidupan, kemanusiaan.
.
Orang tua mereka tinggal di Borneoko, bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit. Beruntung mereka merespon positif keinginan anaknya untuk bersekolah.
.
Dari Borneoko ke sekolah, mereka harus menempuh perjalanan sekitar satu jam dg medan yg tidak biasa, jalan tanah liat, yg licin saat hujan, jalan kerikil yg liar kala terik, jadi mau terik atau hujan sama saja tantangannya. Belum sampai disitu, demi perjalanan menuju sekolah Bapak mereka yg mengantarkan harus rela membonceng tiga putra-putrinya melewati entah berapa kali harus naik-turun bukit. MasyaAllah.
.
Sama seperti anak STB yg lain, Tika dan dua abangnya biasa dijemput setiap sabtu siang dan diantar lagi setiap ahad sore.
.
Tapi, Ahad ini Tiga bersaudara itu belum kunjung datang. Sampai senin pagipun ke tiganya juga belum datang?. “Ada apa dg Tika?” Kenapa dia belum masuk sekolah.
.
Sore menjelang senja, terdengar salam dg rauh wajah bahagia. Suara yg tidak asing. Iyaaa… alhamdulillah, tiga bersaudara itu sudah sampai.
“Kenapa terlambat nak?”
“Kemarin tdk mencuci ummi, jadi waktu mau diantarkan baju kami masih basah”, jawabnya polos.
.
Ummi Sur lanjut menasehati mereka dan memberikan panishmen atas kesalahannya.
.
Karena memang dua minggu ini tidak turun hujan. Penampungan air kering. maka ketiganya diminta membantu mengangkutkan air, sekedar untuk keperluan dapur asrama. Untuk mencuci piring dan memasak.
.
Ketiganya menjalankan tugas yg telah diberikan tanpa beban. Aku waktu itu hanya mengamati mereka sambil membantu memasak di dapur untuk makan malam. Ke tiganya tampak riang, saling berkejar2 an membawa air di tentengan masing2.
.
Tiba2… Jimmi yg berlari paling depan, tidak sengaja menginjak bagian penutup tank di belakang dapur. Beruntung dia lincah melompat, dari arah belakang Tika menyusul… sontak si Abang berteriak. “Tikaa awaaasss”, belum selesai teriakannya.. “plaaakkk!!!” Tika telah lebih dlu terperosok ke dalam lubang.
.
Beruntung tank itu sudah kering, karena sudah dua minggu ini tidak lagi digunakan.
.
Karena kaget, jatuh, tangisnya pecah. Dua abangnya menghibur, menenangkan. Aku yg waktu itu jga sdg di dapur berusaha menenangkan. “Apa yg sakit, nak?”Dia masih menangis. Agaknya karena kaget dan malu. Teman2nya datang, aku meminta salah satu mereka mengambilkan baju dan jilbab pengganti bajunya yg basah. Dan menemaninya bersih-bersih di kamar mandi masjid.
.
Ahh gadis kecilku, tetaplah semangat menjalani prosesmu, menikmati setiap keping pengalaman yg mendewasakanmu.
.
Usai shalat maghrib, rutinitas anak2 asrama adl mengaji, belajar membaca al-qur’an di masjid. Tika lansung nempel dg ku. Kode kalo ia ingin aku yg menyimakkan bacaannya. Beberapa teman yg kepo kronologi ia terjatuh menanyainya. Pecah lagi tangisnya. Aku memeluknya, meyakinkan kalo itu bukan masalah besar. Pernah jatuh itu biasa. “Yang pentingkan Tika udah mandi, nanti ummi hani kasih lotion deh, biar wangi?” Bujukku. dia mereponnya tanda sepakat.
.
Saat iya jatuh, yg ia butuhkan bukan disalahkan, apalagi di bully, dia hanya butuh di suport dan diyakinkan, kalo iya baik2 saja.
.
Usai shalat maghrib, rutinitas anak2 asrama adl mengaji, belajar membaca al-qur’an di masjid. Tika lansung nempel dg ku. Kode kalo ia ingin aku yg menyimakkan bacaannya. Beberapa teman yg kepo kronologi ia terjatuh menanyainya. Pecah lagi tangisnya. Aku memeluknya, meyakinkan kalo itu bukan masalah besar. Pernah jatuh itu biasa. “Yang pentingkan Tika udah mandi, nanti ummi hani kasih lotion deh, biar wangi?” Bujukku. dia mereponnya tanda sepakat.


.
Saat iya jatuh, yg ia butuhkan bukan disalahkan, apalagi di bully, dia hanya butuh di suport dan diyakinkan, kalo iya baik2 saja.