Melawan Diri Sendiri

Melihat sekilas judul itu mudah sekali untuk ditebak apa isi tulisan ini.

Perlawanan paling epik adalah melawan diri sendiri, melawan egoisme, kemalasan, sifat menunda, tergesa gesa, deadliner, takut gagal, tidak percaya diri, narsisme, merasa lebih baik, sombong dan berbagai akumulasi sifat buruk lainnya.

Perlawanan ini harus dimulai dengan persiapan yang sangat banyak, dan dibutuhkan katalisator kebaikan dalam memberantas berbagai virus jahat yang sudah menggerogoti tubuh secara psikis, kita tentu ingat bukan dengan lagu yang disenandungkan oleh opick bahwa obat hati ada 5 perkara, obat hati dapat berasal dari eksternal maupun internal diri kita, ketika perlawanan diri secara internal sudah benar benar di ambang batas kekalahan, saatnya kita meminta bantuan dari luar, namun itu hanya bersifat sebagai katalis saja, trigger bukan serta merta dapat meluluhlantakkan virus tadi, opick dalam hal ini menyanyikan bahwa salah satu obat hati adalah berkumpul dengan orang-orang shalih. Diri yang telah terkungkung dalam virus kejahatan dan bergumul di dalamnya sifat kemalasan akan bereaksi serius dengan kehadiran orang-orang shalih.

Seperti yang diceritakan oleh hadits orang yang berkumpul dengan penjual minyak wangi akan terciprat wangi harumnya, begitu pula orang yang berkumpul dengan pandai besi, ia juga akan terciprat bau besi yang sedang dilumatkan di pemanggangan panas itu. Maka apakah tidak boleh bergaul dengan pandai besi? Bukan tidak boleh sih, namun disesuaikan dengan kondisi kita saat itu saja, jika badan kita tengah ‘berbau’ apakah selayaknya kita mengunjungi pandai besi? Tentu tidak bukan, pastinya kita mengharapkan ‘keharuman’ dari penjual minyak wangi.

Tidak sampai situ, perjuangan melawan diri ini akan terus terjadi hingga level tertinggi, Allah berfirman di surah al ankabut : 2 yang artinya “apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan dengan mengatakan “kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?”

Firman ini mengingatkan pada kisah seorang nabi ayyub yang terus didera dengan berbagai bentuk ujian, dan ia berhasil melakukan perlawanan diri yang luar biasa. Kesabaran nabi ayyub mengajarkan kepada kita bahwa ada manusia yang sukses untuk menaklukkan berbagai bentuk ujian yang dihadapkan. Bayangkan saja, di awal ia merupakan sosok yang memliki keberlimpahan harta, keturunan, serta istri. Hingga perlahan Allah menguji berbagai bentuk ujian, dimulai dari penyakit yang ia derita, diusir dari kampung halamannya, harta yang ditenggelamkan, serta ditinggalkan oleh istrinya, yang merupakan satu satunya orang yang ia cintai. Keteguhan imanlah yang membuat dirinya berhasil melewati berbagai  tantangan, ia lahir sebagai pahlawan yang mampu mengalahkan diri sendiri.

Sehingga pada intinya tulisan ini menyiratkan bahwa, perjuangan melawan diri adalah perjuangan yang akan selalu hadir dalam tiap tahapan, hingga pada akhirnya akan berbuah kemenangan yang mengisyaratkan ia pantas untuk berada di sisi RabbNya.

Ketika futur menghampiri jangan biarkan ia bersemayam di hati.

Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Teruslah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.” (K.H. Rahmat Abdullah)

tulisan oleh Halah (PM BAKTI NUSA 9 PALEMBANG)