Apakah kamu berpikir bahwa pembangunan hanya bisa dilakukan oleh Pemerintah?
Apakah kamu berpikir bahwa pola komunikasi top-down (dari penguasa ke masyarakat) dalam proses pembangunan adalah sebenar-benarnya cara?
Apakah kamu berpikir bahwa pembangunan itu rumit dan hanya orang-orang bergelar saja yang bisa merancangnya?
Apakah kamu berpikir bahwa pembangunan itu membutuhkan modal uang yang sangat besar sehingga masyarakat kecil tidak akan mampu menjadi penggerak pembangunan?
Jika kamu masih berpikir demikian, itu tandanya kamu kurang main 🙂
Setelah membaca artikel ini, bangunlah, tinggalkan kasur yang membuatmu bermalas-malasan, keluarlah kamu dari rumah dan mainlah!
Kali ini cobalah untuk tidak main ke kos temanmu, cafe tempatmu biasa nongkrong atau bahkan ke mall.
Lalu main kemana?
Jawabannya adalah main ke DESA.
Mengapa harus ke desa?
Ya karena di desa lah kamu akan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Di sana kamu dapat bertemu dengan orang-orang yang akan dengan tegas memberikan jawaban TIDAK pada setiap pertanyaan tersebut.
Tanpa kita sadari, desa yang selalu dianggap tertinggal rupanya telah melahirkan ribuan  pahlawan yang tidak kalah kerennya dengan Avengers. Bukan hanya mengalahkan musuh mereka, yakni kebodohan dan kemalasan, para Avengers Desa ini juga telah berhasil mengentaskan belenggu kemiskinan. Tidak ingin terus terkurung dalam stigma bahwa orang desa adalah orang-orang yang terbelakang, perlahan masyarakat desa bangkit dan  menjadi pelopor pembangunan.
Pokdarwis, itulah nama dari para Avengers Desa yang saya sebutkan di atas.
Pokdarwis merupakan singkatan dari Kelompok Sadar Wisata, yakni kelompok swadaya dan swakarsa masyarakat yang dalam aktivitas sosialnya berupaya untuk meningkatkan pemahaman kepariwisataan, meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan, meningkatkan nilai manfaat kepariwisataan bagi masyarakat/anggota Pokdarwis serta mensukseskan pembangunan kepariwisataan (sumber: Buku Pedoman Kelompok Sadar Wisata Kementerian Pariwisata Republik Indonesia tahun 2012).
Sudah banyak desa yang berhasil mendongkrak kemajuan bangsa berkat kegigihan Pokdarwis. Sebut saja Desa Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta yang Pokdarwisnya berhasil mengubah gunung purba menjadi destinasi wisata yang sangat banyak diminati wisatawan. Bahkan mereka berhasil membawa Desa Nglanggeran terpilih sebagai Desa Wisata Terbaik I Indonesia dan menerima penghargaan ASEAN Community Based Tourism (CBT) Award 2017, yang di serahkan di Singapura, Jumat 20 Januari 2017. Atas partisipasi Pokdarwis pula, Desa Wisata Nglanggeran ini diakui sebagai Geosite Gunung Sewu oleh UNESCOÂ melalui Global Geopark. Tentu dengan berbagai prestasi tersebut, kesejahteraan warga Desa Nglanggeran juga meningkat tajam dibanding sebelumnya.
Di tempat lain, Pokdarwis Mahardhika Dusun Thekelan Semarang berhasil meraih Juara 3 dalam Ajang Menghias Desa Wisata dalam Rangka HUT Kabupaten Semarang serta mendatangkan lebih dari 200 wisatawan baru dalam kurun waktu kurang dari 1 bulan pasca diresmikannya Desa Wisata Thekelan. Warga Desa yang biasanya hanya mengandalkan pendapatan dari bercocok tanam, kini bisa menambah penghasilan dari penjualan paket wisata Live In.
Tak mau kalah, Pokdarwis di Dieng pun turut menyumbangkan keringatnya untuk memajukan perekonomian masyarakat melalui Dieng Culture Festival. Dimana dalam gelaran tersebut masyarakat memperoleh keuntungan mencapai Rp6,5 miliar hanya dalam 3 hari. Angka yang cukup fantastis bukan?
Jika kita selalu menutup mata dan tidak mau bergaul dengan masyarakat desa, pasti kita akan mengatakan bahwa angka 6,5 miliar tersebut adalah angka yang mustahil di dapatkan oleh penduduk desa. Nyatanya keterbatasan modal dan pendidikan tidak menjadi penghalang niat baik Pokdarwis untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Cukup mengandalkan tekad dan kemauan untuk terus belajar, para anggota Pokdarwis mencari jalan keluar bagi permasalahan sosial di desa mereka, salah satunya dengan mendirikan Desa Wisata. Ada banyak cara yang dapat di tempuh Pokdarwis untuk menjadikan desa mereka ramai dikunjungi wisatawan, yakni dengan memanfaatkan media sosial sebagai alat promosi, belajar membuat proposal sponsorship hingga memanfaatkan koneksi untuk menjalin kerjasama dalam menyediakan fasilitas pendukung wisata.
Kegigihan Pokdarwis inilah yang bisa kita sebut dengan Pembangunan Partisipatif, dimana masyarakat tidak lagi menjadi objek sasaran melainkan subjek yang mendorong terjadinya perubahan positif dalam proses pembangunan. Pembangunan partisipatif menjadikan masyarakat lebih tanggap atas problematika sosial yang terjadi lingkungannya. Partisipasi masyarakat yang didasari atas keinginan sendiri juga membuat pembangunan lebih terkontrol dan berkelanjutan, tidak bersifat sementara.
Bukankah ini menjadi jawaban dari keluhan masyarakat atas adanya dilema pembangunan yang sifatnya top down? Masyarakat yang tidak terima atas kecacatan pembangunan pemerintah baiknya mencontoh warga desa. Masyarakat yang merasa dirugikan atas proyek pembangunan pemerintah yang mangkrak baiknya membalas dendam dengan berguru kepada warga desa. Jangan berdiam diri menerima kenyataan bahwa kita semua adalah objek pambangunan. Tanamkanlah mindset bahwa semua orang bisa menjadi subjek penggerak pembangunan. Percayalah bahwa semua orang bisa menjadi Pahlawan, bukan hanya Avengers.
Banyak hal yang bisa kita pelajari dari penduduk desa. Bahkan, sebagai seorang mahasiswa kita juga perlu mencontoh kegigihan warga desa. Alangkah lebih baik jika kita bisa menjadi katalisator bagi kemajuan Pokdarwis di desa. Lantas, apa saja yang bisa mahasiswa lakukan?
BANYAK!
Mahasiswa dapat menghubungkan Pokdarwis dengan para stakeholder seperti Dinas Pariwisata dan para investor. Mahasiswa juga bisa berkontribusi dalam pembuatan grand design Desa Wisata. Atau mau yang lebih mudah lagi? Mahasiswa bisa mengajari Pokdarwis untuk menggunakan instagram supaya mereka memiliki akses promosi keluar.
Intinya, banyak hal yang bisa kita lakukan jika kita mau berusaha.
“Menjadi orang berilmu itu penting, tapi menjadikan ilmumu bermanfaat, itulah yang lebih penting”
Ditulis oleh Osadhani Rahma Pemila
PM BAKTU NUSA 9 Semarang
Bagian dari Pokdarwis Mahardhika Dusun Thekelan, Desa Batur, Kabupaten Semarang 🙂
Referensi:
https://travel.tempo.co/read/838401/desa-wisata-nglanggeran-terbaik-asean-2017/full&view=ok
Gambar di download dari instagram @wisatathekelan