Pada tanggal 30 Agustus lalu, Najwa Shihab mengunggah sebuah video melalui akun youtubenya dengan judul Dari Perempuan untuk Perempuan. Dalam video yang berdurasi 5 menit 10 detik tersebut, Najwa mengupas bagaimana memandang keberhasilan perempuan dari berbagai sisi, yang sukses dan menepis segala ragu yang kerap distigmakan pada perempuan. Najwa juga mengajak perempuan untuk saling bersatu, memberi dukungan terhadap satu sama lain. Berikut beberapa cuplikan pesan dalam video tersebut.
“Sebagai perempuan sekedar membuat pilihan saja dianggap menantang.”
Pernyataan tersebut adalah contoh nyata yang kini sedang dialami oleh sahabat saya sendiri, seorang freshgraduate jurusan Desain Komunikasi Visual dan seorang perempuan. Sebagai lulusan baru, mencari pekerjaan merupakan kegiatan yang umum dilakukan. Tetapi, teman saya harus menurunkan egonya untuk bekerja di tempat impiannya di ibu kota karena mendapat tekanan dari kedua kakaknya untuk tidak pergi jauh – jauh, dengan alasan “perempuan kodratnya di rumah”. Pernyataan tersebut diucapkan oleh kakak laki – lakinya dan sepertinya cukup menggambarkan sebagian cara pandang laki – laki terhadap perempuan, dalam hal ini mendomestasikan peran perempuan. Walaupun hal tersebut tidak selalu berkonotasi buruk, karena pekerjaan perempuan di bidang domestik tidak bisa dikatakan sebagai sesuatu yang mudah, tidak bermakna atau dipandang lebih rendah dibanding laki – laki.
Namun dalam konteks permasalahan teman saya, ia lajang dan belum memiliki tanggung jawab terhadap keluarga. Seharusnya teman saya bisa membuat pilihan untuk ia mengejar cita – citanya, wong ini hidupnya. Teman saya bercerita bahwa dia sangat bisa membayangkan sumpah serapah, cercaan dan teror yang akan dilontarkan kedua kakaknya jika ia nekat. Lantas benar kata – kata yang pernah saya dengar, seringkali impian dibunuh oleh keluarga dan orang – orang terdekat.
“Pekerja perempuan yang mengupayakan posisi dianggap hanya memikirkan diri sendiri. Walau sukses membuat manfaat buat orang banyak pun, cibiran masih mungkin datang.”
Wanita karir kerap dikorelasikan dengan hal negatif. Bukan istri yang baik, tidak becus mengurus rumah tangga, ibu yang meninggalkan anak – anaknya. Padahal sesungguhnya kita tidak memiliki hak untuk menghakimi urusan rumah tangga orang lain. Padahal, memang ada perempuan – perempuan yang memiliki kredibilitas dan kapasitas yang mampu untuk membantu khalayak umum. Tengok saja, Menteri Kelautan dan Perikanan, Bu Susi Pudjiastuti. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia berhasil menduduki nomor 1 peringkat perdagangan ikan di ASEAN. Produksi perikanan mampu menangkap 6,7 ton atau naik sebesar 6,4%. Berapa banyak manfaat yang diterima berkat kepemimpinan “wanita karir” ini? Apakah hal tersebut sesuatu yang buruk?
“Definisi kepercayaan diri adalah mengetahui impian masing – masing.”
Sebagai manusia yang tidak sempurna, saya pernah iri terhadap orang lain. Saya ingin menjadi dia karena di mata saya, orang tersebut sungguhlah sempurna. Hingga suatu saat saya berhenti karena saya tahu apa yang ingin saya kejar dan itu tidak perlu terlihat seperti orang tersebut.
Ketika kita mengenali diri sendiri, maka kita dapat jelas mengetahui apa yang kita inginkan dan realisasikan. Dengan begitu, kita dapat fokus untuk mencapai tujuan kita tanpa perlu membanding – bandingkan dengan prestasi dan keadaan orang lain. Kita justru seharusnya saling mendukung dan membantu orang lain untuk meraih kesuksesannya. Kesuksesan orang lain tidak berarti kegagalan kita dan membantu orang lain sukses sama sekali tidak akan mengurangi kesempatan kita untuk sukses. Everbody can get the crown.
Dengan percaya diri, kita tidak akan merasa perlu untuk menghakimi orang lain terhadap pilihan dan jalan hidupnya, atau bahkan menganggap sesama sebagai ancaman.
Berdasarkan penelitian, 90% perundung adalah wanita dan 58% menjadikan perempuan juga sebagai korban. Padahal sebagai sesama wanita, kita yang paling memahami keadaan masing – masing. Kita yang paling mengerti hambatan dan tantangan yang harus dihadapi sebagai perempuan. Oleh karena itu, marilah kita bersama – sama saling menguatkan lingkaran. Lingkaran untuk saling mendukung, saling memberi kekuatan, bukan malah saling bermusuhan.
–
Secara keseluruhan, sebagai perempuan, saya memandang bahwa video tersebut sangat mengutarakan apa yang kerap saya dan perempuan lain alami dalam kehidupan nyata. Banyak poin yang diangkat yang merupakan isu dan stigma yang terus berputar – putar menjadi bahan perdebatan dan rasanya setiap perempuan perlu menonton video Catatan Najwa tersebut agar berhenti berkelahi dan segera bersatu berjuang bersama – sama.