Bogor – Pemuda ialah sosok yang dianggap memiliki semangat tinggi, penuh ide-ide brilian, dan mampu mengampu tugas dengan baik berbekal inovasi dan kreativitas. Hanya saja di masa pandemi ini, di mana angka kemiskinan melonjak pesat, eksistensi mereka dipertanyakan, Padahal ide-ide besar mereka sangat dinantikan.
Tak dapat dipungkiri jika kemiskinan ialah tantangan bagi generasi muda saat. Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) sebagai program pengembangan kepemimpinan bagi aktivis mahasiswa, menjawab tantangan ini dengan menggelar Leadership Summit 2020 dengan tema “Kolaboraksi Mengatasi Kemiskinan dengan Program Berkelanjutan”.
Pada Minggu (20/12) 57 penerima manfaat BAKTI NUSA dari empat belas kampus terbaik di Indonesia unjuk program Leadership Project mereka di sesi Leadership Project Meeting sebagai upaya mencari solusi dari problematika kemiskinan bangsa. “Keluar dari problematika kemiskinan di Indonesia memang bukan hal mudah, karena itulah kami ingin para penerima manfaat BAKTI NUSA bisa menyusun strategi dalam mengentaskan kemiskinan. Salah satunya dengan berkontribusi melalui program dan gerakan yang mereka buat,” ujar Muhamad Saepudin.
Dalam Leadership Project Meeting para penerima manfaat dibagi ke dalam tujuh Cluster Leadership Project BA10 dan dikawal langsung oleh Reviewer yang telah makan asam garam di bidangnya seperti Purwa Udiutomo, Pengembangan Pendidikan Dompet Dhuafa; Haryo Mojopahit, Advokasi & Perlindungan Hukum untuk Dhuafa; Sifing Lestari, Edukasi & Promosi Kesehatan/Layanan Kesehatan Cuma-Cuma; Ridwan Affan, Fraud Specialist Dompet Dhuafa; Syamsul Ardiansyah, Kajian dan Pengembangan Wakaf Dompet Dhuafa; Dwi Tanti Kurnianingtyas, Advokasi, Sosialisasi, dan Edukasi Zakat Dompet Dhuafa; Kamaludin, Pemberdayaan Ekonomi Dompet Dhuafa.
Para penerima manfaat akan mempresentasikan Leadership Project mereka, nantinya para Reviewer memberikan pandangan sekaligus menawarkan opsi-opsi terbaik agar program atau gerakan mereka bisa diimplementasikan di masyarakat dan memiliki kebermanfaatan yang berdampak luas .
“Tujuh cluster ini disesuaikan dengan peminatan para penerima manfaat, harapannya mereka terpacu menyelesaikan problematika kemiskinan di Indonesia melalui hal-hal yang mereka minati. Kami sangat yakin lima hingga sepuluh tahun ke depan, mereka mampu menjadi rintisan-rintisan perusahaan baru berbasis solusi. Karena ini bukan tentang diri sendiri melainkan tentang hajat hidup orang banyak,” tutup Muhamad Saepudin. (AR)