Kunci Utama Bebersih ala #KonMari

By Ahmad Shofwan Syaukani, PM 9 BAKTINUSA Regiona Bandung

Menjadi bersih terkadang menjadi suatu kewajiban diri kita sebagai manusia. Tapi, sejujurnya untuk hal tersebut, sulit banget buat diri gue yang terbilang lebih sering menghabiskan kegiatan diluar kostan atau rumah. Akibatnya, tempat tinggal hanya dijadikan sebagai tempat singgah untuk merebahkan badan atau pun menyimpan barang-barang pribadi lainnya. Sampai pada akhirnya gak jarang kamar gue pribadi selalu berantakan, khususnya perihal pakaian dan buku yang tersebar hampir ke setiap sudut kamar.

Kejadian kayak gitu bukan berarti gue gak suka hidup bersih ya, big no. Tapi karena saking capeknya dengan aktivitas di luar yang menjadi penyebab gue jadi males untuk bebersih dan sedikitnya waktu untuk berdiam diri di kostan. Bahkan sempet terpikirkan, kalau Iman gue lagi turun, mungkin dapat tergambarkan dengan kondisi kamar gue yang berantakan wkwkw. Udah mah pikiran diluar rumah kalut, ngeliat kamar yang berantakan makin jadi kalut aje kan. Fun factnya dulu gue termasuk orang yang juga seneng bebersih, bisa dibilang sebagai salah satu cowok dengan kamar terapih seangkatan hahaha. Karena dulu kalau ada bukber angkatan, kamar gue sering banget jadi basecamp kegiatan temen-temen seangkatan. Dan mereka membenarkan atas kerapihan kamar gue itu.

Sampai pada akhirnya gue dipertemukan bukunya Marie Kondo dengan metode bebersihnya ala #KonMarie yang setelah gue baca bukunya selama satu pekan kemarin, cukup mampu ngebawa perubahan pada diri gue, khususnya dalam perubahan mindset untuk tetep menjaga kebersihan kamar maupun tempat tinggal diri kita sendiri yang akan sedikit gue ulas beberapa point penting dari buku tersebut. Tapi, kalau penasaran sama metode secara keseluruhannya, saran gue elu beli aja deh bukunya di toko buku terdekat. Lumayan buat investasi ilmu hehehe.

Ada dua hal utama yang perlu digaris bawahi dari metode ini, yaitu membuang barang merupakan langkah awal sebelum membereskan kamar dan simpanlah barang yang hanya akan membuat diri kita bahagia. Jadikan disekeliling hanya ada benda-benda yang diri kita sukai, dan disitulah akan muncul keajaiban berbenah.

Kita tidak bisa mengubah kebiasaan jika cara pikir kita belum berubah. Padahal mengubah cara pikir atau mindset itu tidak mudah. Memulai berbenah berarti membuka lembaran baru. Konon, “kamar yang berantakan adalah cermin dari pikiran yang berantakan”. Situasi acak-acakan sejatinya adalah refleks instingtif untuk mengalihkan perhatian kita dari “pokok permasalahan” supaya kita tidak perlu menghadapiya. Jika kita tidak bisa merasa santai di ruangan yang bersih dan rapih, coba selami kegelisahan kita itu. Siapa tahu kita bisa menemukan apa yang sebenarnya merisaukan diri kita. Karena berbenah merupakan sarana untuk merapihkan persoalan sesungguhnya yang sedang kita hindari. Itulah sebabnya, kita perlu merapihkan kamar atau rumah kita. Begitu mulai berbenah, lembaran hidup baru dalam hidup kita niscaya akan terbuka.

Mulailah dengan membuang semuanya sekaligus, tanpa ampun dan sampai tuntas. Jangan menyimpan barang-barang terlebih dahulu jika kita belum selesai membuang. Membenahi lingkungan secara menyeluruh sama saja dengan mengubah pemandangan. Saking mencoloknya perubahan tersebut, kita akan merasa bagaikan tinggal d dunia yang berbeda. Ini lantas berdampak mendalam terhadap benak kita dan menumbuhkan tekad kuat untuk pantang kembali ke situasi berantakan semula. Kuncinya adalah dengan bersegera menciptakan perubahan tersebut supaya mental kita mendapat terapi kejut. Dampak yang sama mustahil apabila prosesnya dilakukan secara berangsur-angsur. Visualisasikan juga bentuk akhir dari proses berbenah kamar kita dan selesaikan sesegera mungkin dalam berbenah kamar. Karena berbenah merupakan kegiatan istimewa, maka jangan melakukannya setiap hari hehehe.

Kemudian seleksi barang yang ingin kita simpan. Kita memiih apa yang hendak kita simpan, bukan apa yang hendak kita singkirkan. Cara terbaik untuk memilih benda mana yang hendak disimpan atau dibuang adalah dengan mengambil dan memegangi tiap benda, lantas bertanya, “Apakah ini membangkitkan kegembiraan?” Jika iya, simpanlah. Jika tidak buang aja. Cara itu merupakan patokan paling kurat untuk menilai apakah barang itu mesti dibuang atau tidak.

Terus kalau tidak bisa membuang, bagaimana? Satu hal yang harus ditekankan ialah setiap barang atau benda memiliki peranannya tersendiri. Tidak perlu semua pakaian perlu kita kenakan sampai usang. Bukan berarti bahwa ragu-ragu itu keliru. Ketidakmampuan untuk memutuskan, menunjukan bahwa kita punya ikatan dengan benda tersebut. lagi pula, tidak semua putusan bisa dibuat berdasarkan intuisi belaka. Namun, itu pulalah sebabnya kita harus mempertimbangkan tiap benda secara seksama dan tidak membiarkan tiap benda secara seksama dan tidak membiarkan konsentrasi kita teralihkan gara-gara rasa “sayang” atau “takut mubazir”.

Sewaktu dihadapkan pada sesuatu yang tidak tega untuk kita lepaskan, pikirkan dengan seksama peranan sejatinya dalam hidup kita. Karena kita pasti akan terkejut melhat banyak sekali barang yang ternyata sudah memenuhi peranannya. Dengan mengakui manfaat barang tersebut dan mengikhlaskannya disertai rasa terima kasih, barulah kita bisa maju terus untuk membenahi tempat tinggal dan kehidupan kita dengan sebenar-benarnya. Sampai pada akhirnya, barang yang kita miliki, tinggal barang-barang yang paling berharga bagi diri kita sendiri.

Jika barang punya perasaan, ia pasti tidak senang disimpan terus oleh sang pemiliki yang melupakannya. Bebaskanlah barang-barang tersebut dari penjaranya. Bantulah barang-barang itu untuk meninggalkan keterkungkungannya di antah-berantah. Ikhslaskan benda-benda tersebut dengan penuh terima kasih. Tidak hanya kita sebagai pemiliknya, barang-barag kita niscaya juga akan merasa segar dan jernih begitu kita selesai dalam berbenah.