Beberapa waktu ini Indonesia sering diguncang dengan berbagai konflik akibat perbedaan pandangan pilihan politik. Hal ini diperparah dengan para tokoh public yang “kurang” menjaga kewibawaan dan sikap dihadapan rakyat yang dipimpinya. Seperti yang baru baru ini menghebohkan warga Karanganyar. Sang Bupati, Juliatmono mendapatkan mobil dinas berupa Jeep Wrangler Rubicon seharga 1,98 miliar (Kompas, 2019). Masih dari sumber yang sama, Sang Bupati mengatakan tidak pernah meminta mobil. Meskipun menggunakan anggaran pemerintah, pemimpin Karanganyar tersebut menyatakan bahwa mobil hadiah sebagai apresiasi dari ASN atas kinerjanya selama ini. Dikutip dari detiknews.com, keberadaan mobil tersbut menuai kontrovesi. Banyak pihak yang menilai kebijakan tersebut berlebihan dan menciderai hati rakyat karanganyar yang masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan. Padahal menurut hasil audit OMBUDSMEN pada 14 September 2010 menyatakan bahwa kepatuhan pelayanan public di Karanganyar masuk zona Kuning dengan nilai 65,26 (Republika, 2019).
Fenomena tersebut hanyalah salah satu hal yang menjadi bukti bahwa factor penyebab turunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin banyak. Masyarakat semakin mudah untuk membuat kesimpulan agar tidak percaya dengan seorang pemimpin (red.pemerintah). berdasarkan hasil survey LSI, tingkat ketidak percayaan masyarakat terhadap DPR 40%, presiden 19%, dan KPK 13% menyatakan bahwa responden tidak percaya dengan kinerja (Republika, 2019). Dari sumber yang sama, Djayadi Hanan menyampaikan bahwa salah satu factor penyebab turunnya kepercayaan masayarakat adalah karena tingkah laku para oknum dari instansi tersebut.
Krisis kepercayaan tersebut akan sangat berbahanya bagi masa depan bangsa Indonesia. Jika para pemimpin tidak bisa memberikan suri tauladan yang baik kepada masyarakat, maka regenerasi kepemimpinan Negara hanya akan kembali mengulangi model kepemimpinan sebelumnya. Hal ini bukan hanya sebatas opini belaka, fakta sejarah membuktikan bahwa pemimpin yang mampu memberikan teladan dapat membuat masyarakatnya hidup lebih tertib dan menghasilkan pemimpin – pemimpin baru yang revolusioner seperti Abu Bakar yang mempunyai teladan Rasulullah dan Sholahudin Alayubi sang penahluk Turki yang dididik oleh ayah dan kakeknya. Maka sudah waktunya Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang mampu menjadi teladan bagi rakyat yang dipimpinnya.
Kepemimpinan ideal adalah kepemimpinan yang berbasis pada keteladanan (uswah). Banyak pemimpin besar saat ini yang sudah mendapatkan posisi dan jabatannya, akan tetapi dampak kepemimpinan tersebut nyatanya masih belum bias membuat masyarakat sejahtera seutuhnya. Masih banyak praktek suap, pungli hingga korupsi yang terjadi. Hal ini cukup sebagai bukti bahwa bisa jadi ada yang salah dengan kebijakan yang dilakukan para pemimpin tersebut. Kebijakan pemimpin yang berakhir di bui, entah karena kaus korupsi, kolusi, nepotisme dan lain sebagainya. Ajang pemilihan umum selalu menjadi harapan baru bagi masyarakat untuk mendapatkan sosok pemimpin baru. Akan tetapi, pada kenyataannya kasus tersebut kembali terulang. Siklus tersebut mebuat masyarakat menjadi apatis terhadap demokrasi.
Akibatnya keadaan semakin memburuk disebabkan karena tingkat partisipasi masyarakat terhadap pemerintah semakin rendah. Dari fenomena tersebut saya menyimpulkan bahwa kepemimpinan di Indonesia sedang mengalami krisis akan keteladanan,padahal konsep fundamental dalam kepemimpinan sudah diajarkan oleh manusia paling suci di muka bumi yaitu Rasulullah SAW. Beliau mampu menghasilkan pemimpin pemimpin hebat setelahnya seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, Usman bin Affan, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib yang mampu membawa islam lebih berkembang dan peradaban yang mampu bersaing dengan empirium terbesar pada waktu itu. Fakta historis lainnya adalah Salahuddin al ayyubi yang mampu mendirikan dinasti ayyubiyah. Keteladanan seorang pemimpin terhadap orang-orang yang dipimpinnya ternyata sangat penting.
Hal ini bisa dibuktikan dari dua kisah diatas. Berkat dari keteladanan seorang pemimpin dapat menghasilkan pemimpin baru yang tidak jauh berbeda bahkan lebih baik. Maka dari itu, sudah waktunya lahir pemimpin-pemimpin baru di Indonesia yang mampu jadi teladan dalam semua aspek sendi kehidupan. Guru agung pernah berkata pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menghasilkan banyak pemimpin lainnya