Komunikasi ‘Corona’ Ala Jokowi

Dunia berduka. Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan wabah virus corona yang mematikan. Untuk pertama kalinya pada tanggal 12 januari 2020 Pemerintah Wuhan mengumumkan seorang pria berusia 61 tahun meninggal yang disebabkan oleh virus tersebut. Baru kemudian satu persatu informasi bermunculan tentang adanya korban meninggal baik dari China, maupun luar China. Berdasarkan informasi terbaru yang dimuat dalam laman berita CNN Indonesia Internasional per 29 Februari 2020 jumlah korban meninggal mencapai 2924 jiwa. Sementara itu, setidaknya telah terkonfirmasi 85.182 orang yang terjangkit virus tersebut. Jumlah itu meningkat dari laporan terakhir sebanyak 64.084 pada Sabtu (22/2) pekan lalu.

 

Kehebohan dunia tentang virus corona juga menular sampai Indonesia. Hingga pemerintah Indonesia mengambil kebijakan untuk menjemput WNI yang ada di Wuhan untuk dipulangkan ke Indonesia. Indonesia patut berbangga diri hingga Februari belum ada ditemukan satu pun yang terjangkit virus corona, hingga membuat dunia ramai seolah-olah tak percaya. Bahkan apabila dilihat dari mobilitas Indonesia-Wuhan, setidaknya Indonesia hampir dipastikan akan menemukan kasus penularan corona. Kemudian muncul pertanyaan apakah benar Indonesia corona? Atau hanya akal-akalan pemerintah saja dengan dalih stabilitas negara?

 

Hingga maret 2020 pemerintah baru saja mengumumkan bahwa ada 2 warga negara Indonesia yang terjangkit virus corona. Pengumumuan itu pun disampaikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo. Disinilah patah opini publik bahwa Indonesia kebal corona. Dalam konsep pokok teori komunikasi poilitik, teori komunikasi memandang pemerintah sebagai suatu sistem pembuatan-pembuatan keputusan uang didasarkan pada berbagai arus informasi. Disinilah bisa dilihat bahwa pemerintah sebagai pembuat keputusan akhirnya mengumumkan tentang warga negaranya yang terjangkit virus corona.

 

Apa yang terjadi di Indonesia memang mengundang tanda tanya dunia, atau bahkan keprihatinan?. Keprihatinan yang disebabkan karena Indonesia dinilai belum mempunyai alat yang bisa mendeteksi virus ini. Dikhawatirkan sebenarnya sudah ada yang terjangkit namun tidak terdeteksi karena keterbatasan alat. Seringkali tentang gaya komunikasi politik pemerintah kita teringat dengan pernyataan Rocky Gerung bahwa “Pembuat hoax terbaik adalah penguasa”, hal ini disebabkan karena mereka mempunyai seperangkat alat untuk “berbohong” kepada publik. Disinilah mulai muncul pertanyaan apakah pemerintah berbohong soal corona? Apakah pemerintah menutup-nutupi kasus ini untuk menjaga stabilitas negara, lebih jauh lagi untuk stabilitas pariwisata, ekonomi, dan sebagainya. Bisa jadi apa yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengumumkan warga terjagkit corona adalah sebuah bentuk komunikasi kepada masyarakat dan dunia bahwa Indonesia siap dan memiliki alat dalam mendeteksi virus ini.

 

Apapun yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menanggapi kasus corona ini kita maknai sebagai usaha pemerintah dalam menjaga warga negaranya dari kepanikan dunia. Hal-hal yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak pasti akan dipikirkan dengan matang untuk mengayomi masyarakatnya. Kita anggap pemerintah yang lebih tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang harus tidak dilakukan. Semoga bencana corona ini segera mereda dan dunia segera tersenyum kembali.