Manusia dengan heterogenitas yang dimiliki menjadi sebuah simbol dan petunjuk bahwa Tuhan Maha Kaya. Betapa tidak ketika manusia di dunia ini dikumpulkan semenjak zaman penciptaan pertama hingga saat ini akan menghasilkan perbedaan yang kompleks. Dan bukankah hanya Dzat Yang Maha Mengetahui yang mampu berkreasi semacam itu?
Kolaborasi dan Aksi
Sejatinya manusia memiliki tujuan hidup yang beragam dan kadang kala menciptakan percik konflik karena saling bersinggungan. Padahal, justru akan menarik ketika dua jalan yang berbeda ditempuh dengan cara yang serupa dan energi yang dibaurkan. Kolaborasi menjadi suatu jawaban untuk problem semacam ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ‘kolaborasi’ memiliki arti kerja sama untuk membuat sesuatu. Lebih dalam, kolaborasi menjadi suatu peluang dalam menggagas sebuah jalan pikiran dari dua nilai yang berbeda. Bukankah dua sumber kekuatan terpisah akan menjadi daya yang besar ketika dipadukan menjadi satu langkah?
Kolaborasi bukan upaya memadamkan kecemerlangan satu atau yang lain, namun menjadi puncak pembauran yang lantas menciptakan satu hal yang relevan dalam mencapai tujuan. Ketika kolaborasi dilakukan, aspek-aspek internal akan diperkuat oleh aspek eksternal. Secara sederhana, kolaborasi akan saling melengkapi dan mengisi ruang-ruang kosong.
Kolaborasi memungkinkan manusia berinteraksi secara intens dengan manusia lain. Ketika manusia menganggap dirinya akan membutuhkan orang lain, ia akan merendahkan dirinya sehingga sifat ‘melayani’ menjadi hal yang wajar baginya. Hal itu akan menimbulkan efek serupa dan timbal balik untuk dirinya sendiri. Sebagaimana janji Tuhan bahwa kebaikan yang diperbuat akan kembali pada yang berbuat.
Sayangnya, akan sulit ketika suatu rancangan hanya mengendap dalam kepala atau menjadi angan-angan belaka. Justru akan menjadi imajinasi kolektif ketika kolaborasi hanya bersua dalam perbincangan tanpa adanya tindak lanjut. Aksi kemudian menjadi suatu wujud yang mengimplementasikan sinergitas yang terjadi dalam kolaborasi.
Sebagaimana dalam KBBI ‘aksi’ berarti gerakan, tindakan, dan sikap. Gerakan inilah yang lantas menjadi wujud realisasi dari kolaborasi yang telah dibicarakan sebelumnya. Meski demikian, aksi sesungguhnya bukan hanya berpola pada gerakan dan tindakan saja, tetapi juga menyangkut keberlanjutan dari gagasan yang diusung.
Sehingga telah sepatutnya dalam aksi yang dilakukan disisipi nilai transformatif dalam menerjang dinamika. Sebab ketika hanya berdiri dalam satu titik saja, maka kehancuran yang akan menanti. Transformatif dibutuhkan sebagai nilai pertahanan suatu ide atau kebaikan yang tengah berlangsung. Smakin adaptif suatu kebaikan maka dampaknya semakin komprehensif dan inklusif.
Formula Positif
Maka selanjutnya, kolaborasi dan aksi (kemudian disebut kolaboraksi) menjadi formula dalam menghadapi perbedaan. Sebuah muara yang menjawab keresahan dan ketersinggungan yang selama ini dikeluhkan atas ketidak serupaan langkah maupun pikir. Kolaboraksi mewujud senjata dalam memperuncing kemudahan menempuh tujuan dan meringankan usaha-usaha selama proses mencapai tujuan.
Kedua hal ini menjadi suatu formula positif dalam menekan adanya konflik yang awam terjadi dalam suatu perbedaan. Kolaboraksi memungkinkan mediasi antar dua entitas yang terjalin dan menemui kesepakatan bersama. Di sisi lain, rumusan ini mampu memperkuat harmonisasi pada heterogenitas masyarakat.
Karena telah menjadi suatu formula positif, tidak ayal jika keduanya bukanlah hal yang terpisah melainkan berurutan dan berulang. Maksudnya adalah dua unsur ini memang dapat terpisah dan berdiri sendiri, tetapi lewat kolaboraksi keduanya melekat dan saling tumpang tindih. Sehingga keberadaan yang satu akan selalu memunculkan keberadaan yang lain. Lewat hal inilah ketercapaian tujuan menjadi hal yang mudah karena perbedaan diredam melalui kebersamaan dan manifestasi.