Kolaboraksi Jiwa

“PEMIMPIN” Apa yang pertama kali terlintas dalam benakmu ketika sepenggal kata ini ditorehkan? Acap kali orang-orang mengaitkan makna “Pemimpin” dengan istilah sebagai role model, mempunyai potensi, berperan dan sebagai harapan. Generasi muda zaman sekarang dituntut akan melek terhadap segala isu yang terjadi di masa kini, namun untuk melatarbelakangi hal tersebut dalam membangun jiwa kepemimpinan sebagai fondasi sering sekali tidak menjadi persoalan. Nyatanya mempunyai jiwa kepemimpinan bagi sebagian anak muda zaman sekarang hanya sekadar kata yang dicantumkan untuk memperindah lisan dalam mendeskripsikan visi misi kehidupannya di khalayak ramai. Padahal jiwa kepemimpinan tidak hanya sebatas itu, dimana pemimpin seyogyanya memiliki hati bersih, baik perkataannya, tidak munafik, dan amanah yang ditegaskan dalam satu kata yaitu integritas. Memang benar integritas tidak menjamin seseorang menjadi pemimpin, tetapi tanpa integritas kamu tidak akan pernah menjadi pemimpin.

Melemahnya profesionalitas pemimpin menyebabkan kebutuhan akan seorang pemimpin yang mumpuni dalam bidangnya. Menurut Hamdani Bakran, nilai spiritual dan ketuhanan, nilai moral (akhlak), nilai psikologis (mental), dan nilai sosial sedang terancam hilang dalam kepemimpinan nasional dan internasional. Kepemimpinan berlandaskan pada pemikiran yang berintegritas serta sikap loyalitas. Hasan Al Banna, salah seorang mujahid dakwah pernah berujar, “Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujud-kan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal serta ber-korban dalam mewujudkan-nya. Keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dan amal (serta pengorban-an) merupakan karakter yang melekat pada pemuda.”

Menyandang status pemimpin umumnya adalah seorang lelaki namun dibalik itu, seorang perempuan mempunyai peran besar dalam membangun peradaban untuk para pemimpin dimasa depan. Menjadi perancang peradaban akan selalu menjadi tantangan yang cukup besar, namun begitulah istimewanya sosok perempuan beliau tidak menyandang status pemimpin tetapi beliau bisa mengemudikan seorang pemimpin, sebagaimana yang di sebutkan oleh Hasan Al-Banna “Perempuan itu dengan tangan kanannya, ia mengayunkan anaknya, dan dengan tangan kirinya, ia mampu mengguncang dunia.”

Tokoh-tokoh hebat dari zaman terdahulu hingga hari ini tidak luput dari peranan seorang Perempuan, ibunya ataupun isterinya. Sebagaimana Khalid bin Walid dengan julukannya Saifullah (pedang Allah) sebagai panglima penakluk Persia dan Romawi lalu Sultan Muhammad Al-Fetih seorang panglima hebat di daratan Andalusia yang dimana pencapaian tersebut merupakan bukti berhasilnya didikan seorang ibu. Selanjutnya, Rasulullah Muhammad SAW juga didampingi oleh sosok istri yang tegar lagi cerdas dalam menjalani dakwahnya memimpin umat sehingga jejak-jejaknya sampai sekarang masih menjadi acuan dan pedoman dalam membangun sosok pemimpin. Tidak lain tidak bukan, mereka ini adalah sosok pancaran dari bagaimana hebatnya sosok perempuan dibalik layar mereka. Demikian pula, Bakti Nusa ini merupakan wadah dalam membentuk seorang pemimpin yang berintegritas, transformatif, cendekia dan loyalitas (melayani) sebagai bekal generasi muda salah satunya perempuan yang nantinya akan melahirkan sosok-sosok pemimpin di tanah ibu pertiwi ini.