‘’Kepemimpinan yang gigih bekerja, niscaya hasilkan perubahan yang kasat mata. Mengentaskan persoalan dengan nyata bukan sekadar bumbu retorika’’ – Najwa Shihab –
Ketika memikirkan tentang masa depan negara, pikiran saya tidak bisa lepas dari peran penting generasi muda sebagai pewaris tongkat estafet kepemimpinan. Menumbuhkan jiwa kepemimpinan pada generasi ini bukanlah sekadar tugas, melainkan suatu keharusan yang mendalam. Dalam bayangan saya, sebuah kepemimpinan yang substansial tak bisa terlepas dari dua nilai fundamental dalam BAKTI NUSA: Integritas dan Cendekia. Integritas, bukan hanya sekedar kata, melainkan fondasi moral yang mengukir karakter sejati seorang pemimpin. Pemimpin yang tulus, jujur, dan bertanggung jawab—sebuah pewaris ideal untuk masa depan.
Cendekia, nilai kedua yang tak kalah penting, menjadi jalan untuk membentuk pikiran yang terbuka dan penuh wawasan. Generasi muda perlu didorong bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan, tetapi untuk mengembangkan pemikiran kritis dan kreatif. Kepemimpinan yang terperinci dan menginspirasi tak mungkin muncul dari pikiran yang sempit. Oleh karena itu, mendorong generasi muda untuk terus belajar dan menjelajahi horison pengetahuan adalah investasi tak ternilai untuk masa depan yang cerah.
Ketika saya mempertimbangkan nilai Transformatif, saya melihatnya sebagai katalisator perubahan. Pemimpin masa depan perlu melampaui batas-batas konvensional, melihat potensi dalam setiap tantangan, dan mampu menggerakkan energi positif. Dalam dunia yang terus berubah, kemampuan untuk menjadi agen perubahan adalah keharusan. Menciptakan visi yang jauh ke depan, bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk kebaikan bersama, adalah ciri kepemimpinan yang transformatif.
Namun, dalam konteks nilai Melayani, saya menemukan inti sejati kepemimpinan. Pemimpin sejati adalah pelayan masyarakat, bukan penguasa. Melayani bukanlah tindakan lemah, melainkan bentuk keberanian untuk memperjuangkan kepentingan bersama. Membangun pemimpin yang memiliki rasa pelayanan kepada masyarakatnya adalah memastikan bahwa masa depan negara dipegang oleh mereka yang tahu apa artinya mengabdi.
Ketika saya mencoba merangkum semua nilai-nilai ini dalam konteks KolaborAksi, saya melihatnya sebagai panggilan untuk bersama-sama membangun masa depan. Kolaborasi bukan hanya sebatas kerjasama formal, melainkan keterlibatan aktif dan berarti dari individu-individu yang memiliki integritas, kecendekiaan, jiwa transformatif, dan semangat pelayanan. Sebuah tim yang terdiri dari pemimpin-pemimpin masa depan yang mampu bekerja bersama lintas sektor, menggabungkan keahlian dan pemikiran mereka, adalah kekuatan yang tak terbantahkan.
Namun, penting untuk diingat bahwa ini bukan sekadar retorika. Membangun jiwa kepemimpinan generasi muda memerlukan tindakan nyata. Menggali potensi mereka melalui pendidikan yang berkualitas, memberikan peluang untuk berkembang, dan memberikan tanggung jawab yang proporsional adalah langkah-langkah yang tidak bisa dihindari. Tidak hanya tentang memberi bekal pengetahuan, tetapi juga memberikan wadah untuk mengembangkan karakter dan etos kerja yang kuat.
Dalam dunia yang penuh dengan dinamika dan ketidakpastian, kepemimpinan yang solid adalah kunci keberlanjutan. Oleh karena itu, mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan jiwa kepemimpinan ini. Saya yakin, dengan memanfaatkan nilai-nilai BAKTI NUSA—Integritas, Cendekia, Transformatif, dan Melayani—kita dapat membentuk generasi muda yang tidak hanya siap menghadapi masa depan, tetapi juga mampu membentuknya. KolaborAksi bukanlah slogan semata, melainkan cermin dari komitmen bersama untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan, adil, dan penuh harapan.