Ketika Allah Memberi Lebih dari yang Kuminta

 

 

“Hasil tak pernah menghiati usaha!”

 

begitulah kalimat yang saya peroleh dari hasil pencapaian saya tergabung bersama anak muda pilihan yang siap merawat negeri. Atas ridho Allah dan ridho Orangtua akhirnya saya berada dalam imperium kebaikan yaitu Beasiswa Aktivis Nusantara. Berada dalam imperium kebaikan ini memaksa saya untuk menetas beradaptasi. Intinya aku terjabak, terjebak dalam lingkaran kebaikan. Ikrar yang telah kulantukan dalam sanubari menuntut saya agar dapat menerapkan nilai-nilai yang telah diajarkan dari Beasiswa Aktivis Nusantara. Empat sifat kepemimpinan yang diajarkan BAKTI NUSA yaitu integritas, cendikia, transformative dan melayani.

Berawal dari ingin berbenah menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat bermanfaat. BAKTI NUSA tentu tidak asing lagi bagiku, yang ada dipikiranku yaitu wadah perkumpulan orang-orang hebat yang dibina oleh Dompet Dhuafa agar kelak mereka dapat menjadi manusia yang berjuang dijalan Allah. Manusia yang menerapkan empat nilai yang telah ditanamkan dalam hati mereka. Tepatnya ketika semester 5 ada temanku mendaftar seleksi Beasiswa BAKTI NUSA, wahhh awalnya aku juga mau daftar. Tapi akhirnya berkas yang telah aku siapkan tidak aku upload karena aku minder ketika melihat siapa saja yang mendaftar. Aku begitu tidak percaya diri, jika hanya ingin menjadi lebih baik bagiku masih banyak wadah lain untuk aku manfaatkan agar dapat mengaktualisasi diri.

Kesempatan itu kembali datang, tepatnya pada semester 7, Mahasiswa yang fakir ilmu dan minim pengalaman ini memberanikan diri daftar Beasiswa BAKTI NUSA. Hal yang mendasar membuat kenapa aku mendaftar adalah aku melihat kawanku yang waktu semester 5 dia daftar dan dinyatakan lulus mengalami perubahan yang sangat dratis hebatnya. Wahhhh aku makin kagum dengan kawanku, aku makin banyak diberikan motivasi oleh dia, dijelaskannya lebih rinci apa itu BAKTI NUSA. Tanpa keraguan dan niat baik untuk gabung di BAKTI NUSA ingin mengupgrade diri menjadi lebih baik lagi. Tahap demi tahap aku ikuti dengan maksimal, setiap pengumuman tahap demi tahap menjadi kebahagian yang tidak bisa saya unkapkan. Allah itu sangat romantis memberikan nikmat kepada hambanya, bukan hal mudah dan perjuangan yang kecil dapat dinyatakan lulus sampai tahap akhir. Bermacam drama suka dan duka menjadi momen terbaik yang menjadi sejarah.

“Jika seokor ulat dapat berubah menjadi kupu-kupu yang dapat terbang bebas, maka manusia yang diberi akal oleh tuhan dapat berubah menjadi lebih baik” iya ini statemen saya ketika wawancara waktu itu. Kenapa aku membuat statemen seperti ini? Ya karena aku sangat merasa tidak pantas sekali untuk mengikuti seleksi BAKTI NUSA. Kalimat ini menjadi point pertimbangan kelulusan, aku memang bukan orang baik yang pantas duduk disini, tapi aku merupakan manusia yang terus ingin bermetamorfosa menjadi pembelajar yang baik, berbagi dan menginspirasi banyak orang agar dapat bermanfaat, karena bagiku kebermanfaatan adalah keadaan paling sempurna dalam hidup. Salah satunya imperium untuk mewujudkan cita-cita yang murni itu bisa aku implementasikan di BAKTI NUSA.

Aku terus bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sangat luas dicurahkan kepada diri ini yang terkadang sangat sedih sekali masih lalai dengan perintahnya. Kini aku sadar, ini merupakan amanah besar yang harus aku jaga. Disini aku bukan hanya belajar menjadi pribadi yang lebih baik, tapi aku diberi hutang kebaikan dan aku juga harus dituntut belajar menghutangi orang lain. Perjuangan itu menjadi momen bersejarah sebagai pengingat diri ketika niat baik itu mulai memudar, tekad yang kuat untuk berbenah bukan sebuah paradoks, ini akan menjadi pembuktian dengan terus memberikan kontribusi dan mengaktifkan fungsi untuk menciptakan imperium kebaikan ini semakin besar.

Perjuangan itu terbayarkan dengan kebahagian telah dipertemukan oleh orang-orang baik dari berbagai wilayah dalam agenda Future Leaders Camp Semarang. Disini saya banyak belajar dan meneguhkan keyakinanku bahwa inilah wadah yang tepat yang selama ini inginkan untuk membina diri. Sungguh rasa minder itu lebih besar ketika mendengar teman-teman dari wilayah lain yang memperkenalkan diri. Segudang prestasi dan kebermanfaatan yang telah mereka torehkan. Hal ini menjadi pemacu untuk dapat menyeimbangi mereka. Disini aku bisa belajar, mencapai sesuatu berawal dari niat baik. Karena dengan niat yang baik yakinlah bahwa Allah selalu bersama kita. Jangan menyesal, disini kita bukan terjebak pada barisan kriminal, kita tergabung dalam barisan kebaikan kolosal. Tetap setia berada dijalan kebaikan dan tetap istiqomah dalam langkah kebermanfaatan. Terima kasih dompet dhufa dan terima kasih umat manusia.