Keluar dari Kotak Obat

Oleh: Anggun Nurus Sholikhah*

Mahasiswa farmasi, identik dengan kuliah-pulang-kuliah-praktikum-pulang-kuliah-kerja kelompok-ngerjain laporan. Tak ada yang lebih variatif dan inovatif dalam menjalani dunia perkuliahan obat perobatan, bagaimana cara memvariasikan atau menginovatifkan kegiatan mahasiswa, untuk fokus akademik saja susah sekali mendapatkan nilai bagus, apalagi harus menambah kesibukan? Wah, semakin jelek itu nilai, semakin lama lulusnya deh. Ya. Itulah lingkaran kegiatan seorang mahasiswa farmasi, lingkungan kotak obat yang terkunci rapat dan berguna jika ada yang membutuhkan, jika tidak ada yang membutuhkan ya sudah tetap saja di kotak obat, tak bisa berjalan sendiri menolong orang yang membutuhkan karena tidak terbiasa membantu dengan kepekaannya.

Sedih melihat fenomena mahasiswa farmasi yang seyogyanya adalah mahasiswa kesehatan yang harus peka dengan kehidupan masyarakat, agar bisa lebih optimal dan tanggap dalam membantu para pasiennya. Kehidupan mahasiswa yang seharusnya dimanfaaatkan untuk melatih diri sendiri bermanfaat dan belajar banyak pengalaman dari masyarakat, tidak ada di lingkungan kotak obat. Jarang sekali ditemukan. Mereka obat-obat –mahasiswa farmasi- di kotak obat sibuk dengan dunia nyamannya, sibuk dengan laporan-laporan yang di akhir mereka menjadi mahasiswa pun juga akan dijual atau yaa sekedar dimasukkan kardus dan ditaruh di Gudang. Lalu apa yang akan mereka ceritakan pada generasi generasi selanjutnya jika warna warni kampus itu hanya sebatas goresan pena di kertas putih yang kemudian penuh dengan coret-coret tinta merah oleh asisten dosen?.

Sedihnya lagi, mereka tidak pernah keluar dari kotak obatnya. Namun, mereka menginginkan masyarakat lebih mengetahui dan mengenal kehadiran mereka. Ingin diakui sebagai tenaga kesehatan. Padahal masyarakat saja tidak mengetahui dimana keberadaan mereka, karena mereka terlihat hanya ketika ada orang yang membuka kotak obat itu dan yang membuka kotak obat itu adalah orang-orang tertentu yang mengetahui obat, sedangkan lebih banyak masyarakat yang tidak tahu akan obat alhasil merekat tidak membuka kotak obat tersebut, jadi mana ada yang mau kenal kalau hidup hanya di kotak obat saja???

Pikiran-pikiran itu terngiang-ngiang di kepalaku, karena aku salah satu bagian dari kata mereka –mahasiswa farmasi-. Sedih ketika mendengar teman-teman farmasi berkata “kita ini anak farmasi, beda dengan anak-anak lain yang memiliki banyak waktu sehingga mereka bisa mewarnai kehidupan kampus mereka dengan berorganisasi dan berkegiatan sosial di luar sana, sadar kita anak farmasi gabakal kuat dan mampu melakukan hal-hal seperti itu, sudah kuliah saja!”. Sesempit ini kah dunia anak farmasi, ya sempit ya namanya juga hidup di kotak obat. Sesak, bosan dan panas. Tak ada warna yang indah, indah sih kalau menikmati. Tapi, rasanya sangat merugi jika kuliah 4 tahun hanya terkurung di kotak obat dan tidak pernah melihat, membersamai, dan ada di lingkungan masyarakat.

Alhasil aku memilih untuk keluar dari zona nyaman, zona aman seorang mahasiswa farmasi. Pilihan yang sangat berat disaat semua orang disekitarku menghukumku dengan pilihanku, mereka merasa aku tak mampu untuk membagi waktu, mereka takut akan mengesampingkan kuliah dan lulus tidak tepat waktu. Aku berpikir waktu itu sama 24 jam dengan mereka mahasiswa-mahasiswa yang lain –non farmasi- namun melihat mereka bisa aktif di suatu organisasi dan kompetisi membuat aku termotivasi aku bisa seperti mereka walaupun latar belakangku adalah seorang mahasiswa farmasi –mahasiswa yang jarang terlihat di lingkungan masyarakat dan mahasiswa yang jurusannya tidak diketahui oleh orang-orang sekitar-. Sangat rugi jika waktu menjadi mahasiswa ini disia-siakan hanya untuk belajar di kelas. Ya sangat rugi sekali.

Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti organisasi komunitas dan mengikuti beberapa kompetisi agar aku bisa berkembang dan memanfaatkan waktuku sebaik mungkin ketika menjadi mahasiswa. Karena bagiku menjadi mahasiswa farmasi juga wajib berkembang dan mampu berkontribusi untuk almamater dan negeri tentunya. Bukan nanti-nanti saat sudah menjadi apoteker, namun dimulai dari sekarang. Karena untuk bisa berbaur dengan masyarakat dan membantu mereka butuh pembiasaan sejak dini, tidak bisa yang semendadak tahu bulat. Karena kelak tugas utama seorang farmasis adalah  membantu dan mendampingi masyarakat dalam menggunakan obat.

Lika-liku panjang untuk keluar dari kotak obat sangat-sangat berat hingga terkadang aku lelah dan lupa akan niat. Hingga suatu ketika ada pembukaan Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTINUSA). Karena ku rasa beasiswa ini sangat bisa menjadi wadahku untuk berkembang, tempat aku pulang ketika lelah dalam keidupan organisasi, kuliah dan kompetisi. Akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar, tanpa ada bimbingan dari siapapun, tanpa ada bimbingan dan tanpa ada pandangan beasiswa ini akan seperti apa. Aku percaya Allah adalah Maha perencana dan penentu pilihan terbaik, aku pasrah karena aku melihat pendaftarnya adalah para aktivis sejati yang tidak bisa dipungkiri kontribusinya untuk universitas dan negeri. Dan Allah pun mengabulkannya, satu persatu aku ditemukan dengan orang-orang baik yang mampu membimbingku untuk bisa lolos di pendaftaran BAKTINUSA ini, akhirnya BAKTINUSA menjadi rezekiku, dan benar beasiswa ini menjadi wadah dan tempat ku pulang.

Berawal dari bergabungnya aku di lingkaran kebaikan ini, maka aku diwajibkan untuk memiliki adik asuh sebagai salah satu komitmen penerima BAKTINUSA. Karena memang sebuah manfaat yang didapatkan ketika mendapatkan bimbingan dari BAKTINUSA sangat rugi jika tidak disebarkan ke orang-orang sekitarku. Satu manfaat akan menambah beribu keberkahan yang melimpah apabila bisa disebarkan untuk orang lain agar mereka juga mampu menikmati manfaat tersebut. Hal ini mengingatkanku tentang sebuah hadist. “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat (HR. Bukhari)”. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan semua kaum muslimin untuk menyampaikan ilmu yang bermanfaat yang diketahuinya untuk orang lain agar ilmu bermanfaat itu terus bersambung. Berasal dari sini akhirnya aku mengumpulkan adik-adikku yang dulu hanya sebatas adik bimbingan lomba atau adik main, kukumpulkan untuk menjadi adik asuhku, agar aku lebih mudah dan rutin menyampaikan ilmu-ilmu bermanfaat yang ku dapatkan selama aku pembinaan di BAKTINUSA.

Setelah satu bulan kami kumpul hanya sebatas forum kecil untuk belajar berdiskusi satu sama lain, akhirnya aku menginisiasi untuk membuat komunitas saja. Tujuan dari komunitas itu adalah agar mengajak mereka sedikit demi sedikit keluar dari zona nyaman dan amannya menjadi mahasiswa farmasi, mengajak mereka untuk terjun dan terbiasa turun langsung mendampingi masyarakat sembari belajar ilmu-ilmu dari masyarakat, dan menjadikan komunitas ini menjadi tempat pulang mereka. Setelah kusampaikan kepada mereka tentang tujuan dari komunitas ini, karena sangat penting sekali mereka untuk keluar dari zona aman dan nyamannya kotak obat, mereka wajib bisa berkembang, dan menjadi kader-kader hebat yang lebih baik dibanding generasi sebelumnya, serta meneruskan prestasi-prestasi untuk program studi yang telah diperjuangkan. Akhirnya kami menyetujui untuk membuat sebuah komunitas kecil bernama #Farmasikita.

Komunitas ini berbeda dengan komunitas farmasi lain di luar sana, visi dari komunitas ini menjadikan mahasiswa farmasi berbeda dari yang lain dengan cara menyeimbangkan kemampuan hardskill maupun softskill, up to date dengan kondisi lingkungan teraktual, dapat diandalakan dimanapun kapanpun, berprestasi dan mampu mendampingi masyarakat secara luas. Dengan komunitas ini aku bisa bersama-sama dengan mereka belajar untuk terus memperbaiki diri.

Komunitas ini memiliki kegiatan-kegiatan meliputi kajian artikel non-kefarmasian setiap pekan disampaikan oleh anggota komunitas, kajian artikel ini bertujuan agar anggota berlatih kritis serta tanggap terhadap kondisi yang sedang terjadi saat  ini, selain itu juga melatih anggota untuk menjadi pembicara dan percaya diri dengan argument-argumen yang disampaikan. Materi kajian artikel ini adalah non-kefarmasian agar anggota komunitas ini mampu out of the box dan berkembang tidak hanya di dunia kefarmasian. Selain itu ada kegiatan bedah buku, kajian bedah buku dilakukan selama 2 pekan sekali tujuan dari adanya kajian bedah buku ini adalah agar anggota –mahasiswa farmasi- mau membaca buku yang bukan ranah farmasi, harapannya anggota semakin rajin membaca buku di luar bidang farmasi untuk menambah wawasan, serta meningkatkan pengetahuan anggota.

Kegiatan selanjutnya adalah kunjungan tokoh yang menginspirasi. Kunjungan tokoh ini kami sebut sebagai #GrebekInspirasi. Program ini dilaksanakan 1 bulan sekali, dilakukan secara online atau offline. Tokoh-tokoh yang dihadirkan adalah penerima manfaat BAKTINUSA dan kakak kelas yang menjadi penerima beasiswa LPDP. Tujuan dari program ini adalah agar anggota mampu mengambil pelajara dan inspirasi yang didapatkan dari tokoh yang diundang tersebut. Dengan adanya kunjungan tokoh ini nantinya juga akan menambah relasi antar anggota, dengan begitu sosialisasi dan link dari anggota komunitas ini akan meningkat.

Program unggulan dari komunitas ini adalah pengabdian masyarakat yang dilakukan dengan memberikan edukasi obat-obatan kepada masyarakat. Harapan diadakan program ini adalah agar anggota terbiasa hadir dan dekat dengan masyarakat, selain itu juga menjadi wadah kontribusi kami secara langsung sebagai mahasiswa farmasi untuk membantu penanggulangan penyalahgunaan obat kepada masyarakat. Biasnaya setiap jumat 2 pekan sekali kami melakukan pembagian sarapan gratis kepada para pejuang kebersihan kampus –cleaning service kampus- ditambah dengan pemberian edukasi langsung obat-obatan serta ajakan untuk hidup sehat dan menjaga pola makan. Program ini sangat bermanfaat sekali untuk memupuk rasa kepedulian anggota dan juga meningkatkan eksistensi farmasi “Oh dari farmasi? Di universitas ini ada farmasi to? Yaudah mbak nanti kalau saya tanya obat saya tanya mbak-mbaknyanya” Ucap salah satu ibu yang pagi itu kami berikan edukasi obat.

Selain aktivitas sosial, komunitas ini juga secara massif memberikan latihan kepenulisan dan bimbingan kompetisi hal ini dibuktikan dengan adanya komunitas ini frekuensi keikutsertaan mahasiswa farmasi di universitasku menjadi lebih meningkat, dan banyak sekali yang menorehkan prestasi. Dari anggota komunitas ini setelah adanya bimbingan kompetisi, mereka jadi semangat untuk bisa berprestasi, terbukti setelah adanya program ini banyak sekali penghargaan yang diperoleh oleh anggota farmasikita seperti Juara 1 lomba kefarmasian (Clinical Skill Pharmaceutical Competition), tembus juara 1 PKM pengabdian di Universitas kami, Juara 1 Essay Nasional, lolos PIMNAS, dan masih banyak lagi.

Komunitas ini menjadi salah satu pola asuhku untuk adik-adikku, yang mana mengajak untuk berkembang bersama, memberikan wadah kepada mereka untuk terus termotivasi keluar dari zona aman dan nyamannya, agar semakin menambah nilai kebermanfaatan serta menjadi mahasiswa farmasi yang tidak biasa saja. Best practice pengelolaan adik asuh adalah dengan cara membersamai mereka bukan menggurui atau merasa lebih hebat, memberikan pengalaman kepada mereka bukan hanya menceritakan kehebatan-kehebatan kita, memberikan mereka permasalahan agar mereka mampu untuk menarik solusi yang terbaik serta melatih agar mampu memberikan manfaat satu sama lain bukan memanfaatkan satu sama lain untuk suatu kepentingan. Ini salah satu tanggungjawabku untuk bisa mengeluarkan mereka dari kotak obat. Mereka wajib berkembang dan berkontribusi untuk masyarakat. Keluar dari kotak obat, dan bermanfaatlah! “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat”.

*PM BA 7 Solo