Ramadan ala era 90-an itu seru sekali, mungkin akan sulit ditemukan sekarang. Zamannya sudah beda, tantangan dan keseruannya juga beda. Begitu juga dengan Ramadan di tahun ini; Di masa pandemi Covid-19, di mana semua dianjurkan untuk dilaksanakan di rumah pasti rindu semua keceriaan masa lalu. Hmm apa saja ya keseruan Ramadan kala itu? Saatnya mencari tahu dari penuturan Uci febria, Guru SMART Ekselensia Indonesia di bawah.
- Buku Kegiatan Ramadan
Buku ini berisi rekaman setiap kegiatan yang dilakukan selama bulan Ramadan. Isinya mulai dari sahur sampai berbuka. Salat fardhu, salat sunah, sahur, berbuka, catatan ceramah ustaz. Bahkan apakah hari ini puasa atau tidak harus dicacat di buku itu. Buku ini mengajarkan pentingnya kejujuran dan keberanian. Buku ini juga melatih kesungguhan dan kesabaran.
- Obor minyak tanah
Selain lilin, alat penerangan lain yang sering kami gunakan adalah obor minyak tanah. Biasanya obor terbuat dari bambu dan kaos bekas. Selain untuk menerangi saat perjalanan menuju masjid, obor ini juga digunakan untuk menerangi bagian luar masjid karena lampu petromax hanya cukup untuk menerangi bagian dalam masjid.
- Boardgame jadul
Kalau sekarang kita mengenal begitu banyak jenis board game. Kalau dulu, jenisnya itu-itu saja dan rata-rata dimainkannya di bulan Ramadan atau Lebaran. Halma, Ular Tangga dan Ludo menjadi pilihan kami untuk menunggu waktu berbuka puasa. Tentunya setelah menyelesaikan target tilawah saat itu.
- Kembang Api
Kembang Api pada masanya merupakan barang mewah terutama di desa. Biasanya kembang api baru dijual di bulan Ramadan. Di banyak keluarga, kembang api menjadi hadiah di akhir pekan jika puasa selama pekan itu penuh. Bermain kembang api menjadi salah satu hiburan saat pulang tarawih atau di waktu sahur.
- Bedil
Sistem kerjanya seperti meriam. Dibuat dari bambu. Salah satu ujungnya dibuat bolongan untuk memasukkan minyak tanah dan garam. Jika lubang tersebut disulut dengan api maka akan terdengar bunyi dentuman seperti meriam. Permainan ini umumnya dimainkan saat Ramadan oleh anak laki-laki setelah pulang tarawih dan tadarus di masjid.
Betapa menyenangkannya Ramadan di masa lalu. Meskipun tak akan terulang namun kenangannya tak akan pernah bisa dilupakan.