Jomblo di Makananmu

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”

(Q.S. Ad-Dzariat: 59)

            Sudah merupakan ketentuan Allah bahwa segala sesuatu yang ada di dunia memiliki pasangannya masing-masing. Siang berpasangan dengan malam, gelap berpasangan dengan terang perempuan berpasangan dengan laki-laki. Bukan hanya hal -hal besar, sesuatu yang kecil seperti atom pun memiliki pasangannya. Lalu, apakah yang terjadi ketika sesuatu kehilangan atau tidak memiliki pasangannya? Tentulah dia akan berubah status menjadi (panggilan yang akrab didengar sekarang) jomblo atau dalam bahasa ilmiahnya, radikal bebas.

Radikal bebas merupakan kondisi dimana molekul memiliki elektron yang tidak berpasangan. Sesuai fitrahnya, sesuatu yang tidak memiliki pasangan akan cenderung mencari  sesuatu untuk dijadikan pasangannya, itulah yang terjadi pada radikal bebas. Elektron yang tidak berpasangan ini akan sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat mengikat atau berikatan dengan elektron dari molekul yang lain. Dampaknya bagi manusia yaitu merusak sel-sel yang ada dalam tubuh sehingga tubuh menjadi menua bahkan mengalami penyakit akibat degradasi sel (seperti kanker dan tumor).

Salah satu sumber radikal bebas yang sering meracuni manusia adalah pangan. Zat kimia yang ada pada suatu bahan pangan akan sangat mudah terdegradasi dan berubah menjadi radikal bebas. Penyebabnya dapat berasal dari penanganan yang salah pada bahan makanan. Bisa jadi karena cahaya, panas, kondisi asam-basa, oksidasi dan kondisi-kondisi lainnya. Salah satu contoh pembentukan radikal bebas yaitu oksidasi lemak tidak jenuh (umumnya berasal dari lemak hewani). Lemak tidak jenuh pada bahan pangan selama pengolahannya dapat mengalami pelepasan atom hidrogen yang dipicu oleh cahaya, oksigen aktif, logam ataupun panas berlebih sehingga terbentuklah radikal bebas (Apriyantono, 2002).

Radikal bebas dapat dihilangkan dengan memberikannya pasangan berupa anti-oksidan. Beberapa contoh antioksidan yaitu vitamin E, C, A dan beberapa vitamin lainnya yang dapat diambil dengan mengkonsumsi buah dan sayur yang berwarna. Namun tetap saja, buah dan sayur tersebut harus benar cara pengolahannya. Setiap zat gizi termasuk vitamin, memiliki karakteristiknya masing-masing. Jika pengolahannya salah, vitamin C yang terkenal sebagai antioksidan pun dapat berubah menjadi pro-oksidan (radikal bebas) akibat terdegradasi oleh suhu yang tinggi.

Oleh karena itu, kenali lah karakteristik zat-zat pada bahan pangan yang akan kita konsumsi agar dapat disesuaikan dengan proses pengolahannya. Jika sudah benar, maka si-jomblo (red: radikal bebas) tidak akan merusak tubuh kita.

Sumber:

Apriyantono, Anton. 2002. Pengaruh Pengolahan Terhadap Nilai Gizi dan Keamanan Pangan. Prosiding Seminar Onlline Kharisma 2, 16-22 Desember 2002.

 

Mustika Rani – PM BA 9 Padang