Hikmah Pandemi: Keterbatasan Adalah Kekuatan

Pandemi corona membuat banyak aktivitas terhenti untuk sementara. Tentu, ruang gerak kita menjadi sangat terbatas mengingat penyebaran virus covid-19 yang sangat cepat. Rencana yang telah tersusun rapi terpaksa gagal seketika akibat pandemi ini dan semuanya beralih ke ranah online.

Kata ‘terbatas’ seakan memiliki konotasi yang negatif. Tidak leluasa, terkekang, dan yang paling dramatis adalah ‘tidak ada harapan’. Pertanyaannya, Apa benar begitu?. Well, If we can see on the bright side, terbatas sebenarnya membuat kita untuk berpikir lebih kreatif dan bekerja lebih giat. Banyak sekali orang hebat lahir dari lingkungan yang serba terbatas atau kekurangan. Sebut saja Jack Ma, Kolonel Harland Sanders, Chairul Tanjung, dan masih banyak lagi.

Berkaca dari kisah hidup Jack Ma, ternyata, tantangan yang ia hadapi bukan hanya keterbatasan finansial, tapi keterbatasan akses internet. Dimana dulu saat ia merintis bisnis marketplace yaitu Alibaba, masih sedikit orang di Cina yang mempunyai akses internet. Meski begitu, hal tersebut tidak membuat Jack Ma menyerah, justru ia lebih gigih memikirkan bagaimana caranya internet bisa dikenal luas dan bisnisnya bisa bertahan. Proses memang tidak pernah mengkhianati hasil. Kini, Jack Ma menjadi orang terkaya di Cina berkat kerja kerasnya meskipun harus melewati tantangan masa-masa sulit.

Belajar Menyikapi Keterbatasan dari Para Pejuang Kemerdekaan

Sifat gigih dalam menyikapi keterbatasan sebenarnya telah dicontohkan oleh orang Indonesia sendiri, tepatnya saat masa-masa penjajahan. Kita semua pasti masih ingat senjata apa yang dipakai bangsa Indonesia untuk melawan penjajah saat itu. Ya, hanya sebilah bambu yang ujungnya diruncingkan alias bambu runcing. Ternyata, meskipun dengan keterbatasan perlengkapan persenjataan yang canggih, Indonesia bisa menang melawan penjajah.

Dalam cuplikan video Kompas TV, salah satu Pejuang Veteran Indonesia, Marsekal Muda TNI F.X. Soejitno berkata, ”Bangsa Indonesia perang hanya dengan bambu runcing toh?, tapi semangatlah yang bisa mengalahkan mereka (penjajah), ya makanya di saat pandemi ini jangan sampai saling salah-menyalahkan”. Sudah dapat rahasianya? Yup, Semangat. Semangat berasal dari keinginan kuat untuk mewujudkan sesuatu. Saat itu, bangsa Indonesia sama-sama mempunyai keinginan kuat untuk merdeka dari penjajah. Oleh karena itu, meskipun dengan senjata seadanya, mereka tetap semangat melawan penjajah.

Selain itu, kalimat “tidak saling menyalahkan” juga perlu digarisbawahi. Karena, seringkali kita menyalahkan keadaan. Pandemi memang menjadi ujian bagi banyak orang, apalagi para pekerja yang harus kehilangan pekerjaannya. Tidak menyalahkan keadaan dan tetap semangat adalah sikap yang harus dimiliki dalam menghadapi kenyataan tersebut. Dengan begitu, kita akan senantiasa mencari peluang baru untuk bertahan hidup di tengah kondisi seperti ini.

Pejuang Keterbatasan di Saat Pandemi

Ada yang tahu sosok Dr. Ir. Syarif Hidayat? Beliau adalah penemu Vent-I, yaitu Ventilator portable  untuk menolong pernapasan Pasien Covid-19. Uniknya, karena keterbatasan barang baku, ventilator portable yang harganya lebih terjangkau ini dibuat dari modifikasi peralatan sehari-hari, seperti penanak nasi hingga pompa kasur.  Berkat ditemukannya inovasi ini pada tahun 2020, banyak pasien covid-19 tertolong karena dapat membantu kesulitan bernapas yang dialami pasien.

Pengerjaan alat tersebut dilakukan di tengah himbauan untuk Work From Home dan kebijakan Lockdown diterapkan dimana-mana. Bahkan saat itu, Dr. Syarif sampai dua pekan tidak pulang ke rumah karena siang malam mengerjakan rancangan ventilator. Semangat untuk berkontibusi menolong pasien covid-19 lah yang membuatnya rela mengorbankan waktu, tenaga, dan materi.

Dari kisah tersebut kita bisa mengambil pelajaran bahwa kita semua khususnya sebagai anak muda Indonesia bisa berperan dalam memberikan manfaat, khususnya di kala pandemi. Tidak harus menjadi garda terdepan seperti tenaga kesehatan. Cukup semangat berkontibusi sesuai bidang yang kita kuasai. Seperti kata Dr. Syarif Hidayat, “Saya tidak tega membiarkan dokter berjibaku dengan pasien tanpa peralatan yang lengkap. Nah, peran saya di sini adalah insinyur. Keterlibatan saya adalah dalam bentuk pembuatan peralatan dan teknologi,”

Semoga kita bisa ikut berkontibusi dalam pemulihan negara Indonesia pasca wabah covid-19 ini. Tidak masalah meskipun dalam hal kecil seperti saling mengingatkan dalam menjaga protokol kesehatan sekalipun.