Gilang Ridho Ananda, Aktivis Mahasiswa Peduli Pemberdayaan Masyarakat

Menjadi seorang aktivis mahasiswa bukan berarti melupakan jiwa sosial kepada masyarakat.  Gilang Ridho Ananda menyadari hal ini. Karena itu, selain dikenal menjadi orator, dia juga memberdayakan masyarakat. Seperti apa aktivitasnya?

IRAWAN WIBISONO, Solo

Desember 2018 lalu menjadi tutup tahun pengabdian Gilang Ridho Ananda di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Mahasiswa Agroteknologi Fakultas Pertanian ini genap setahun menjadi presiden di lembaga eksekutif tersebut.

Selama masa kepemimpinannya, mahasiswa dilibatkan dalam perjuangan membela masyarakat yang lagi diambang masalah. Seperti mengawal kasus konflik lahan antara warga dengan pemkot.

“Kami mengakui masih kurang pengalaman dalam pendampingan terhadap masyarakat. Banyak hal yang di luar prediksi. Tetapi di antara kepentingan-kepentingan yang ada, kami selalu berdiri di atas kebenaran,” ujar pria kelahiran Pontianak 21 tahun silam ini.

Presiden BEM Fakultas Pertanian 2017 ini juga tampil di depan saat seniornya ditahan di Jakarta Oktober 2017. Saat itu orasi lantangnya tak henti disampaikan demi membebaskan rekan seperjuangan yang ditangkap polisi lantaran melakukan demonstrasi di Jakarta. Gilang, begitu dia disapa, menjadi sosok yang tegas dan keras dalam menyuarakan kepentingan mahasiswa.

“Saya dulu belajar seni pertunjukan dengan Bunda saya. Saya diikutkan berbagai lomba membaca puisi hingga menjadi juara,” kata peraih Juara 2 Lomba Baca Puisi Propinsi Kalimantan Barat 2012 ini.

Melalui puisi, lanjut Gilang, dia belajar bagaimana mengolah rasa. Bagaimana ketegasan sekaligus kelembutan ditampilkan dalam barisan kata-kata dengan irama. Juara 1 Lomba Baca Puisi Pekan Biologi Universitas Tanjung Pura 2011 ini pun menyamakan penjiwaan dalam membaca puisi sama dengan penjiwaan saat berorasi.

“Kalau puisi adalah seni pertunjukan, sekarang kita belajar seni menyampaikan kebenaran. Jika yang disampaikan adalah kebenaran, pasti kalimat yang keluar akan lugas,” kata pria yang pernah menjadi Juara 2 Dai Cilik Festival Anak Sholeh Indonesia Provinsi Kalimantan Barat 2008 ini.

Kini, setelah purna dari BEM UNS, Gilang akan fokus pada tugas akhir studinya. Meski begitu pembicara dalam berbagai forum ini tetap akan mendedikasikan hidupnya untuk masyarakat. Ada beberapa organisasi di luar kampus yang sejak 2014 dia rintis. Sebut saja Komunitas Benci Sampah. Sebuah komunitas di Pontianak yang fokus pada pengolahan dan daur ulang sampah rumah tangga.

Dalam komunitas tersebut dia memberdayakan warga di kampung halamannya untuk membuat bank sampah. Pada tahap awal, Gilang menjadi co-founder sekaligus memegang manajerial pengelolaan bank sampah. Selanjutnya warga diberikan kesempatan untuk mandiri dan berdaya dengan potensi yang ada.

“Pada tahun 2016 komunitas ini pernah menjadi juara 2 tingkat nasional dan menjadi percontohan pengelolaan bank sampah,” katanya.

Selain pengelolaan sampah, dia juga akan melakukan pengembangan potensi desa di kampungnya. Hal itu bukan tanpa alasan. Setahun lalu dia pernah ikut terlibat mengembangkan daerah Wisata Kali Cemara di Simo Boyolali menjadi destinasi wisata baru. Gilang menyulap desa tersebut dari nol hingga menjadi buruan wisatawan lokal lantaran unik dan menarik. Dua tahun sebelumnya dia juga pernah mengembangkan Desa Ketela di Ngebung Kabupaten Sragen.

“Sebagai mahasiswa pertanian, saya melihat banyak potensi di desa yang tidak disadari oleh masyarakatnya. Kita berupaya membantu mengembangkan potensi tersebut agar nantinya desa itu sadar untuk bergerak atas kemauan dan kemampuannya sendiri,” ujarnya. (*/bun)

(rs/irw/per/JPR)

sumber : https://radarsolo.jawapos.com