Future Leader Challenge 2020 Ajak Pemuda Menjadi Pemimpin yang Disruptif di Era Disrupsi

Bandung – Memasuki era disrupsi yang menciptakan perubahan masif dan mengubah kultur serta kebiasaan manusia di setiap lapisan kehidupan, dibutuhkan sosok pemimpin disruptif yang adaptif dan inovatif. Pada Minggu (27/09) Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) mengedukasi para calon pemimpin muda pada puncak Future Leader Challenge (FLC) 2020 dalam sesi Mega Inspiring Talk (MIT) yang diadakan daring via ZOOM.

MIT menghadirkan tokoh-tokoh besar di Indonesia yang akan menginspirasi, berbagi, serta membangkitkan semangat disruptif para calon pemimpin Indonesia. Pada sesi pertama,  Jamil Azzaini, CEO Kubik Leadership, menjadi pembicara pembuka pada MIT 2020 dengan menyampaikan materi Distruptive Leader.

Dihadiri lima ratus peserta umum yang tersebar di seluruh Indonesia, Jamil Azzaini mengajak para peserta memenangkan pertarungan di era disrupsi dengan menjadi pemimpin yang disruptif. Menurutnya, di era disrupsi seperti saat ini, manusia terutama pemuda harus mempersiapkan diri dan tumbuh secara eksponensial, tidak lagi secara linear yang stagnan.

Pada zaman ini penting bagi pemuda Indonesia memahami bagaimana cara menjadi pemimpin yang disruptif. Sebab dengan menjadi pemimpin yang disruptif, kita akan berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. “Ada tiga prinsip  untuk menjadi disruptive leader, diantaranya create future, transform people, dan fast and discipline execution,” ujarnya. Tiga prinsip untuk menjadi pemimpin yang disruptif tersebut dijabarkan secara jelas dan lebih dalam oleh Jamil Azzaini kepada para peserta.

Pada prinsip Create Future (menciptakan masa depan), menurutnya seorang pemimpin haruslah menetapkan arah, bukan hanya mengikuti arah. Jamil Azzaini juga menyampaikan betapa pentingnya berpikir positif dan memiliki tujuan untuk Sukses Mulia, yang terdiri dari aspek harta, takhta, kata, dan cinta, ditambah aspek memberikan kebermanfaatan agar hidup lebih bermakna. Jamil Azzaini juga menambahkan bahwa Sukses Mulia merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan demi terciptanya keseimbangan hidup.

Prinsip selanjutnya yang Jamil Azzaini sampaikan yaitu Transform People. Menurut Jamil Azzaini, Tranform People merupakan proses menciptakan perubahan total pada diri seseorang, bukan hanya untuk develope people yang mengupayakan bertambahnya keterampilan baru saja pada diri seseorang. “Sehebat-hebatnya perkembangan teknologi, tidak akan terjadi tanpa adanya manusia,” tambahnya. Oleh karena itu, manusia mesti memiliki Growth Mindset dan menjauhi Fixed Mindset agar transformasi dapat diwujudkan pada setap diri manusia. Dengan memiliki Growth Mindset, manusia juga akan mencapai kesuksesannya.

Growth Mindset dan Fixed Mindset sangatlah berbeda dan bertolak belakang. Orang-orang yang memiliki Growth Mindset akan senantiasa belajar dan mengembangkan diri. Sedangkan orang-orang yang memiliki Fixed Mindset akan merasa cukup dan puas serta menolak dan menghindari segala tantangan dan pembelajaran hidup yang sejatinya mengembangkan diri.

Terakhir, prinsip yang disampaikan oleh Jamil Azzaini adalah Fast and Discipline Executor. Prinsip ini sangatlah penting agar segala tujuan dan rencana yang dibuat sebelumnya dapat terealisasi secara baik. Prinsip eksekusi ini dimulai dari membiasakan diri membuat target yang menantang dan terukur, lalu berusaha untuk menyelesaikan di setiap harinya. “Visi dan strategi tidak akan mengubah hidupmu. Yang mengubah hidupmu adalah eksekusi yang sejalan dengan visi dan strategi,” tegasnya.

Sesi pertama MIT berjalan sangat interaktif, sebab Jamil Azzaini tidak hanya menyampaikan materinya saja, namun juga aktif bertanya dan melibatkan para peserta berpikir dan menyampaikan pendapatnya. Sehingga, sesi pertama pada acara Mega Inspiring Talk dalam gelaran Future Leader Challenge berhasil memberikan pengalaman berbeda pada para peserta. (RAPxAR)