Bandung – Pemuda merupakan faktor penentu proses kemajuan suatu bangsa, di tangan merekalah nasib bangsa dipertaruhkan. Meski diuntungkan dengan bonus demografis yang mampu membuat perubahan besar di berbagai tatanan kehidupan, sayangnya Indonesia dihadapkan pada rendahnya pemaksimalan investasi dan kapasitas generasi muda, padahal pemerintah telah menekankan pentingnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia di era Revolusi Industri 4.0.
Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) sebagai program bentukan Dompet Dhuafa Pendidikan berkomitmen berinvestasi dalam pengembangan pemuda berbasis kepemimpinan berkarakter dan berintegritas. Berbekal kurikulum berlandaskan Uswah Leadership, para penerima manfaat BAKTI NUSA diharapkan mampu memastikan Indonesia berdaya di masa depan.
Demi mewujudkan hal tersebut di sesi Discovering Insight sebagai bagian dari Future Leader Challenge (FLC), para penerima manfaat belajar menjadi pemuda unggul dan strategis bersama Guru Agung Pardini, GM Sekolah Kepemimpinan Bangsa, supaya mereka dapat melihat potensi diri untuk membangun bangsa lebih baik.
“Anak-anak muda saat ini adalah investasi besar yang bisa dikolaborasikan, karena mereka memiliki ide yang tak terpikirkan oleh generasi sebelumnya,” ujar Guru Agung. Sebab itulah, menurutnya, kepemimpinan harus memiliki portofolio penyelesaian masalah dengan mengembangkan kemampuan untuk memberdayakan masyarakat dan mampu mengurangi kemiskinan, sehingga mereka yang miskin memiliki hak yang sama.
“Berbicara SDM unggul strategis ada tiga karateristik unggul yang harus diperhatikan para milenial diantaranya Teknokratis, Ideologis, dan Filantropis,” tegas Guru Agung. Ia turut memaparkan jika ketiga karakteristik ini digabung maka akan menghasilkan pemimpin yang kuat. Para Teknokrat dengan ilmunya yang mampu menyesaikan masalah untuk kemaslahatan umat; para Ideologis yang memiliki integritas dengan mengadopsi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan ia gunakan untuk memperjuangkan nasib orang lain; dan Filantropis yang memiliki kepedulian besar pada masyarakat.
Sebagai pemuda era Revolusi Industri 4.0, enam puluh penerima manfaat BAKTI NUSA dari empat belas kampus terbaik di Indonesia didaulat mampu menjadi solusi masalah yang terjadi di Indonesia, salah satunya kemiskinan. Berdasarkan penjelasan Guru Agung, BAKTI NUSA hadir karena masalah besar kemiskinan yang menjadi jurang pemisah antara si miskin dan pendidikan yang layak, padahal investasi terbaik ialah melalui pendidikan.
“Dunia sedang berubah total sehingga dibutuhkan pemuda yang unggul, lebih adaptif, dan strategis. Para penerima manfaat BAKTI NUSA harus bisa beradaptasi membangun kolaborasi besar dan mampu menghadirkan leadership project yang bisa mengentaskan masalah kemiskinan. Fungsi FLC ialah untuk mempertemukan calon pemimpin supaya mereka berjejaring sambil menyiapakn diri menjadi pemimpin terbaik serta solutif. Dengan potensi, gagasan, dan ide besar; saya yakin para penerima manfaat BAKTI NUSA bisa menyelamatkan bangsa ini,” tutup Guru Agung. (AR)