Dulu orang-orang mengatakan bahwa pengabdian masyarakat tidak harus sesuai keprofesian. Hari ini, ada yang mengatakan bahwa pengabdian masyarakat bisa dilihat dari sesimpel melakukan hal-hal kecil seperti tidak menyontek saat ujian atau membuat startup. Sementara itu, ada juga yang mendefinisikan pengabdian masyarakat sebagai gerakan horizontal dari mahasiswa ke masyarakat selain mahasiswa. Ada yang mengatakan bahwa pengmas adalah memberikan dampak dan ada juga yang mengatakan bahwa pengmas adalah metode untuk belajar empati. Dari berbagai macam pandangan orang-orang memang yang mana yang paling benar? Atau pertanyaan yang lebih mendasar dari itu adalah apakah kita butuh definisi yang sama untuk pengabdian masyarakat?
Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab. Sebenarnya kita bisa saja untuk tidak menyamakan definisi kita terkait pengabdian masyarakat. Namun, itu akan membuat kita sulit untuk berkolaborasi karena untuk kolaborasi sering kali kita membutuhkan definisi yang sama untuk mencapai sinergi. Beberapa kali juga perdebatan tentang definisi pengmas ini menghasilkan suatu konflik yang sebenarnya tidak diperlukan dan akhirnya mengakibatkan dampak-dampak negatif yang sebenarnya bisa dihindari. Maka dari itu, penyamaan definisi ini diperlukan hanya jika kita butuh melakukan sesuatu bersama-sama dalam konteks kolaborasi antarlembaga. Namun, terkadang kolaborasi pun tidak membutuhkan definisi yang sama saat dua atau lebih definisi dapat terwadahi dalam satu gerakan kolaborasi.
Untuk membahas definisi, mari kembali ke tridarma perguruan tinggi: Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Tridarma ini adalah poin-poin yang dibebankan kepada civitas akademika, yang mana bukan hanya mahasiswa. Pertanyaannya, dosen-dosen melakukan pengabdian masyarakat berbentuk apa? Beberapa dosen mengatakan bahwa mengajar mahasiswa adalah pengabdian, beberapa lagi mengatakan bahwa proyekan, penelitian, mengisi talkshow, dll adalah bentuk pengabdian. Pada akhirnya, bentuk pengabdian ternyata tidak terbatas. Hal yang pasti dari pengabdian adalah hal tersebut diniatkan untuk membantu orang lain, walaupun pada akhirnya ternyata memberikan banyak hal juga kepada para pelaku pengabdian. Pengabdian tersebut ditujukan kepada masyarakat. Sementara itu, definisi masyarakat adalah keseluruhan manusia. Maka dari itu, membantu mahasiswa pun bisa disebut pengabdian masyarakat. Maka dari itu, pengabdian masyarakat memiliki definisi yang sebenarnya sangat luas dan jika diambil intisarinya, maka pengabdian masyarakat adalah perilaku berbuat baik.
Maka dari itu, semua yang ditanyakan pada paragraf awal di bagian ini ternyata termasuk ke dalam definisi pengabdian masyarakat. Bentuk pengabdian apapun, seperti membantu teman-teman kita yang punya kesulitan finansial, membersihkan sampah-sampah yang berserakan selesai kegiatan di kelas, mengembangkan organisasi di kampus agar tetap hidup, bahkan memberikan senyum kepada orang lain merupakan sebuah pengabdian kepada masyarakat. Namun, jika demikian, dalam organisasi mahasiswa, semua divisi berarti bisa dikatakan pengabdian masyarakat. Maka, keberadaan divisi pengabdian masyarakat menjadi suatu hal yang aneh. Keberadaan divisi pengabdian masyarakat di dalam organisasi pada nyatanya mengambil asumsi bahwa pengmas dibatasi dengan kontribusi ke masyarakat nonmahasiswa saja, yang mana merupakan suatu kasus penyempitan definisi. Hal tersebut memiliki dampak yang insignifikan sehingga tidak perlu banyak dipermasalahkan.
Lalu, tujuannya apakah untuk berdampak atau belajar empati? Orang yang memprioritaskan belajar empati mengambil sudut pandang bahwa para mahasiswa—pemimpin masa depan—ini butuh sudut pandang rakyat kecil agar kebijakan besar yang akan mereka ambil pada masa depan dapat memberikan dampak baik kepada rakyat kecil juga. Sementara itu, orang-orang yang memprioritaskan dampak mengambil sudut pandang bahwa masyarakat sekitar membutuhkan kehadiran dan peran kita untuk membantu mereka. Pada kenyataannya, masyarakat sekitar ITB pun mengeluh terkait kehadiran mahasiswa ITB yang nihil kontribusi—mereka memiliki harapan agar kita juga bisa membantu menyelesaikan masalah di sekitar dengan kapabilitas kita. Meskipun begitu, pada akhirnya kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan walaupun akan ada pemrioritasan dalam pembuatan desain kegiatan pengabdian masyarakat. Maka, setiap pengabdian masyarakat pun berhak untuk menentukan sendiri apa prioritas tujuan pengabdian masyarakat, entah untuk belajar empati ataupun untuk memberikan dampak kepada masyarakat.