Tulisan ini dibuat sebagai penyemangat. Penyemangatku, yang harapannya menjadi penyemangatmu juga 🙂
Ini tentang perspektif. Ada tipe orang yang mendapatkan semangat dengan merasa memulai semuanya dari nol, ada pula yang mendapatkan semangat jika merasa dirinya punya bekal, tidak benar-benar memulai semuanya dari nol. Iya tipe kedua, itu aku.
Untukmu yang akan bersemangat jika menganggap kita punya bekal atau paling tidak meyakini ada tipe orang seperti ini, mari lanjutkan membacanya. Untukmu yang bukan di antara keduanya, aku bebaskan ingin melanjutkan membaca tulisan ini atau tidak hehe.
Bagiku, kita tidak benar-benar memulai semuanya dari nol. Paling tidak, kita punya pengalaman. Entah tentang sebuah keberhasilan atau mungkin tentang sebuah kegagalan. Yang pasti pengalaman mengajarkan kita, memberi rambu-rambu, dan memberi peringatan.
Tetap, kembali lagi ke perspektif.
Enam bulan ini, Allah berikan aku bersama dengan orang-orang hebat. Enam bulan ini, Allah berikan aku banyak tempat belajar. Tapi enam bulan ini, aku merasa belum melakukan semuanya dengan optimal. Iya, belum.
Lelah? Sudah. Sakit? Sudah? Tapi rasanya semua itu tidak kulakukan dengan optimal. Jangan jangan hanya menjalankan semuanya demi formalitas? Astaghfirullaah, aku.
Sampai tahap kecil dalam hidupku. Handphoneku rusak. Sepele memang kesannya. Tapi itu menjadi titik balik bagiku. Lucu memang, enam bulan disadarkan oleh kejadian satu hari.
Pada saat ini aku mulai yakin dengan sebuah kalimat klise ‘semua orang punya waktunya masing-masing’. Waktu lulus, waktu selesai beramanah, waktu menikah, waktu pulang, waktu waktu yang lain. waktu memang tak bisa diubah, tapi keadaan bisa diperjuangkan.
Untuk aku dan kamu yang sedang memperjuangkan keadaan, yakinlah Allah bersama kita. Untuk aku dan kamu yang sedang memperjuangkan keadaan, yakinlah Allah akan mengubah nasib seorang hamba yang berusaha. Untuk aku dan kamu yang sedag memperjuangkan keadaan, yakinlah Allah itu dekat. Semangat ya!