Bersahabatlah Dengan Kegagalan Jika Ingin Bersahabat dengan Kesuksesan

Oleh: Anton Agus Setiawan

 

 

Sering kali orang mungkin menganggap kegagalan sebagai sebuah stigma negatif bahkan hal yang memalukan. Hal ini terjadi karena sebuah mindset dimana sebuah hasil lebih dihargai daripada proses yang dilewati. Kita harus menyadari bahwa untuk makan mie instan itu tidak sepenuhnya instan langsung bisa di makan, pasti harus beli mie instan, ambil panci, isi air, memanaskan air, masukkan mie, tuangkan bumbu dan banyak proses lainnya.

 

 

 

Image source: www.finansialku.com

Mungkin banyak dari orang tua menanyakan kepada anaknya, “nak, ketika dewasa nanti kamu mau jadi apa?”. Pertanyaan ini acap kali sering ditanyakan orangtua kepada sang anak. Orang tua sering menanyakan hasil akhirnya yaitu “mau jadi apa” namun lupa menanyakan hal yang sangat subtansial dari sebuah proses, “nak, kalau besar apa yang ingin kamu berikan atau kontribusi apa yang ingin kamu berikan untuk Indonesia?”. Paradigma ini yang seharusnya mulai kita ubah di tengah-tengah masyarakat yang sebagian lebih memandang sebuah hasil lebih penting daripada sebuah proses. Mahasiswa harusnya mampu membawa atmosfer positif perubahan paradigma di masyarakat tentunya dengan cara kita masing-masing. Ada lima hal yang mungkin bisa kita resapi, implementasi, dan kita sebarkan kepada orang lain:

 

 

 

  1. Kegagalan bukanlah hal yang memalukan seperti yang banyak orang pikirkan, karena sejatinya tidak ada orang yang tidak pernah merasakan yang namanya kegagalan. Apabila ada seseorang yang menikmati kesuksesan tanpa menemui yang namanya kegagalan maka kesuksesannya perlu dipertanyakan. Ilmuwan dan para penemu kelas dunia seperti BJ. Habibie, Einstein, Thomas Alfa Edison pasti pernah menikmati apa itu kegagalan. So, tidak perlu malu apabila kita pernah mengalami sebuah kegagalan.
  2. Kegagalan hanya akan menunda kesuksesan kita untuk sementara waktu, agar kita memikirkan strategi, evaluasi diri dan memantapkan diri agar apabila suatu saat kesuksesan itu datang kepada kita, kita sudah siap untuk menerimanya.
  3. Gagal itu tidaklah sama dengan menjadi pecundang. Seseorang bisa saja sering gagal namun tetap mereka tidak bisa disebut sebagai seorang pecundang. Seorang pecundang justru adalah mereka yang kabur terlebih dahulu sebelum mencoba karena takut gagal.
  4. Ketika kita gagal, bukan berarti kita adalah orang yang paling bodoh atau rendah di dunia ini, kita hanya kurang beruntung saja karena kita tidak menemukan jalan yang efektif untuk meraih kesuksesan
  5. Kegagalan akan memberikan banyak pengalaman berharga bagi kita agar suatu saat kita bisa belajar darinya, bukankah lebih baik jika kita menghabiskan jatah kegagalan kita disaat muda sehingga pada saat tua nanti kita tinggal menikmati hasilnya.

 

 

Bersahabatlah dengan kegagalan jika ingin bersahabat dengan kesuksesan.