Jepang adalah negara yang terkenal sebagai negara industri. Tidak terhitung jumlah industri strategis yang telah negara ini miliki. Mulai dari industri otomotif, elektronik, hingga bioindustri telah berkembang dengan pesat. Salah satu industri yang bisa disebut sebagai khas Jepang dan juga berkembang pesat adalah industri anime. Berdasarkan laporan Association of Japanese Animation (AJA) pada tahun 2016, industri anime atau animasi Jepang bertumbuh hingga mencapai angka 2 triliun yen (USD 17,5 miliar) atau setara dengan Rp 238 triliun. Walaupun banyak kreator anime Jepang yang masih mendapat honor yang terbilang kecil dan adanya ancaman kompetisi dengan China, pertumbuhan industri anime Jepang masih relatif tinggi dan memiliki penggemar yang luas dari seluruh dunia.
Salah satu anime Jepang yang pada akhir 2017 viral dan langsung memiliki penggemar global yang luas adalah One Punch Man. Berkonsep anti-hero, One Punch Man berkisah tentang pengangguran bernama Saitama yang memutuskan menjadi hero (pahlawan) untuk melindungi kota dari serangan monster. Menurut hemat Saitama, bekerja sebagai pahlawan akan memberikan efek kegembiraan dalam bertarung. Saitama tidak memiliki kekuatan super spesifik seperti manusia ikan, dapat terbang, atau yang lainnya. Satu hal yang dimiliki Saitama yakni kekuatan super layaknya “dewa” yang membuatnya dapat selalu menang melawan musuh hanya dengan satu pukulan atau one punch. Akan tetapi, berkat kekuatan ini, Saitama justru merasa bosan karena semua pertarungan terasa begitu mudah sehingga kegembiraan yang menjadi tujuan awal Saitama tidak tercapai.
Suatu hari, pemerintah mengumumkan bahwa terdapat meteor besar yang akan menabrak bumi dan diprediksi jatuh di kota D. Untuk menghindari bencana yang lebih besar, Asosisasi Pahlawan mengeluarkan instruksi untuk menghancurkan meteor tersebut sebelum meledakk. Menghadapi bencana level 9 (termasuk level darurat) ini, Asosiasi Pahlawan menugaskan Silver Fang, Genos, dan Metal Knight (pahlawan level tertinggi) untuk menghancurkan meteor setelah menembus atsmosfer. Namun, Genos dan Metal Knight yang sama-sama merupakan cyborg, tidak dapat menghancurkan meteor setelah mengeluarkan tembakan terbesar yang mereka miliki. Begitu juga dengan Silver Fang yang dikenal dengan seni bela diri pukulan pemecah batu, ternyata juga tidak dapat memecahkan meteor tersebut.
Setelah hampir putus asa, detik-detik genting tetap berlalu dan meteor semakin mendekat. Di balik gelapnya gedung yang akan ditabrak meteor itu, tiba-tiba Saitama muncul. Sontak Fang terkejut, dan kemudian bertanya. “Siapa anda?” Dengan santai, Saitama menjawab ” Hei pak tua, tolong atasi Genos, saya adalah pahlawan”. Kemudian dengan satu lompatan “dewa” Saitama melesat dan dengan satu pukulan (seperti biasa) meteor itu hancur- berkeping, sehingga bencana masif dapat dihindari. Namun, masalah belum selesai.
Meski banyak korban jiwa yang dapat diselamatkan karena tinjuan super Saitama, kerugian ekonomi dalam skala yang lebih luas tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan oleh pecahan dari meteor tersebut merebak ke kota-kota lain. Diskursus publik mulai membicarakan dan mengkritik pahlawan yang melakukan peledakan meteor. Opini yang sama juga menjadi pembahasan yang hangat dikalangan Asosiasi Pahlawan karena Saitama mendapatkan promosi jabatan ke peringkat 2 kelas C karena aksi heroiknya itu. Hal ini kemudian berujung pada sebuah skenario dimana Saitama disudutkan pada sebuah kerumunan yang diprovokasi oleh 2 orang pahlawan yang merasa iri dengan promosi Siatama yakni Tiger Tanktop dan BlackHole Tanktop. Lebih lengkapnya, adegan ini dapat dilihat pada cuplikan berikut.
Dari cuplikan diatas, kita dapat menyerap sebuah pelajaran penting yaitu ikhlas. Saitama tentu dapat melawan provokasi tersebut dengan menjelaskan bagaimana keputusan dan perintah dari Asosiasi Pahlawan yang diberikan kepada Genos, Silver Fang, dan Metal Knight. Saitama juga dapat menambahkan bahwa masyarakat harusnya bersyukur dan berterima kasih kepadanya karena walaupun tidak ditugaskan langsung pada misi tersebut, Saitama adalah pahlawan yang menyukseskan misi dan menyelamatkan banyak korban jiwa. Akan tetapi, alih-alih melakukan semua hal tersebut untuk mendapat apresiasi dan rasa hormat, Saitama justru memilih mengedepankan kata-katanya sendiri “aku ingin melakukannya karena kuingin” tidak peduli apakah pernyataan ini akan membawanya pada reputasi yang buruk atau tidak. Saitama lebih memilih untuk tidak dikenal ketimbang harus menjelaskan apa yang diperbuatnya. Menurut penulis, inilah yang merupakan puncak dari keikhlasan dimana kita tidak lagi memiliki motif apapun termasuk ucapan terima kasih. Bagi Saitama, kebajikan dari perbuatan itu sendiri sudah cukup menjadi alasan mengapa ia melakukan misi. Cukup lama penulis berkontemplasi dengan apa yang baru penulis saksikan pada sosok Saitama. Hingga dialog Genos memecah keheningan penulis. “Meski masyarakat tidak mengakui Anda, saya akan tetap mengikuti anda”. “Aku tidak terlalu perlu itu,” jawab Saitama. Ya, itulah Saitama. Dihina tidak tumbang, dipuji tidak terbang. Semuanya hanya demi kebenaran dan kebajikan. Semoga keikhlasan dan ketulusan Saitama dapat juga kita terapkan dalam aktivisme kita. Semoga.