Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) Wilayah Bogor menyelenggarakan kegiatan Rihlah Kepemimpinan yang merupakan kegiatan tadabbur alam sepanjang Pulau Jawa dan Madura. Kegiatan ini mengikutsertakan 14 aktivis mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor yang terdiri dari 8 orang penerima manfaat BAKTI NUSA dan enam orang aktivis yang memiliki kontribusi di berbagai lini kampus.
Kegiatan Rihlah Kepemimpinan ini mengangkat tema “Cerita tentang Kita”. Ach. Firman Wahyudi, Manajer BAKTI NUSA wilayah Bogor menuturkan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyaksikan kebesaran Allah SWT dan sekaligus internalisasi ukhuwah (persaudaraan) dan nilai kepemimpinan Islam.
Rihlah Kepemimpinan ini menjadi ajang napak tilas kejayaan Islam di Nusantara sehingga diharapkan mampu membangkitkan optimisme para aktivis selaku pemuda. Situs wisata alam dan wisata sejarah yang dikunjungi yaitu Kawah Ijen di Kabupaten Bondowoso, Pantai Papuma di Kabpaten Jember, Masjid Asy-Syuhada dan Monumen Arek Lancor di Kabupaten Pamekasan, Museum Keraton Sumenep dan Masjid Agung Sumenep di Kabupaten Sumenep, dan Masjid Agung Jawa Tengah di Kota Semarang.
Keberangkatan dilakukan dari Kampus IPB Dramaga, Bogor. Perjalanan darat yang cukup panjang diisi dengan berbagai kegiatan, seperti zikir pagi dan petang bersama, membaca Surah Al-Kahfi, dan refleksi kepemimpinan melalui sharing dari peserta dan tentunya dari manajer BAKTI NUSA wilayah Bogor sendiri. Peserta juga dihimbau untuk memperbanyak doa selama perjalanan mengingat safar merupakan kondisi yang mustajab untuk berdoa.
Gunung Ijen yang terletak di Kabupaten Bondowoso menjadi destinasi pertama. Pendakian dilakukan dini hari untuk mendapatkan kesempatan menyaksikan salah satu fenomena alam berupa api biru (blue fire) yang hanya ada di dua tempat di dunia, yaitu Gunung Ijen dan Islandia. Perjalanan untuk bisa menyaksikan fenomena api biru secara langsung menjadi pengalaman yang sangat berkesan dengan trek yang berbatu dan gas belerang yang membuat mata perih dan menyesakkan nafas. “Perjalanan ke Kawah Ijen mengajarkan kami untuk melawan ketakutan diri sendiri,” tutur Annisa PM BAKTI NUSA 8.
Destinasi berikutnya adalah Pantai Papuma yang terletak di Kabupaten Jember. Untuk mencapai bibir pantai, jalan yang dilalui cukup menanjak. Sejak awal perjalanan, peserta dihimbau untuk memperbanyak takbir saat jalan menanjak dan memperbanyak tasbih saat jalan menurun, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam. Pantai Papuma menawarkan keindahan yang magis, dengan bebatuan besar dan kungkungan bukit di sekitarnya.
Perjalanan dilanjutkan ke Pulau Madura dengan menyeberangi Jembatan Suramadu. Pemberhentian pertama di Pulau Madura adalah Kabupaten Pamekasan, tepatnya di Masjid Agung Asy-Syuhada’. Setelah melaksanakan shalat Subuh, di pelataran masjid peserta menyimak pemaparan tentang serba-serbi Pulau Madura oleh Manajer BAKTI NUSA Bogor. Tepat di seberang Masjid Asy-Syuhada’, terdapat alun-alun yang di tengahnya berdiri Monumen Arek Lancor yang merupakan simbol perjuangan rakyat Madura dalam melawan penjajahan. Monumen ini terdiri atas lima tiang putih yang berbentuk seperti celurit (senjata tajam) yang disusun sehingga berbentuk seperti kobaran api.
Petualangan di Pulau Madura berlanjut hingga ke Kabupaten Sumenep. Di kabupaten ini, terdapat situs sejarah yaitu Museum Keraton Sumenep. Dengan dipandu oleh tour guide dari keraton sendiri, peserta menyimak potongan-potongan sejarah kepemimpinan Islam di Sumenep. Di antara peninggalan yang terdapat di museum, terdapat mushaf Alquran yang ditulis tangan dalam waktu semalam oleh Sultan Abdurrahman, salah satu raja negeri Sumenep kala itu.
Tak jauh dari Museum Keraton Sumenep, berdiri megah Masjid Agung Sumenep yang berhadapan dengan alun-alun. Masjid tersebut merupakan wakaf dari Pangeran Natakusuma, salah satu penguasa negeri Sumenep pada zamannya. Penegasan bahwa masjid tersebut adalah wakaf diabadikan dalam prasasti yang terletak di gerbang depan masjid. Prasasti tersebut berbunyi, “Masjid ini adalah baitullah, berwasiat Pangeran Natakusuma penguasa Negeri/Karaton Sumenep. Sesungguhnya wasiatku kepada orang yang memerintah (penguasa) dan menegakkan kebaikan. Jika terdapat masjid ini sesudahku (keadaan) aib, maka perbaiki. Karena sesungguhnya masjid ini adalah wakaf, tidak boleh diwarisi dan tidak boleh dijual, dan tidak boleh dirusak.”
Dalam perjalanan kembali ke Bogor, rombongan mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah yang berdiri megah di Kota Semarang. Masjid ini memiliki pelataran yang sangat luas dan memiliki pilar-pilar yang dapat berfungsi sebagai “payung”, seperti yang terdapat pada pelataran Masjid Nabawi di Madinah.
Rihlah Kepemimpinan ini menjadi sebuah momen menyerap inspirasi dan menguatkan kecintaan terhadap tanah air. Persaudaraan antarpeserta sebagai sesama pemuda terbangun dengan harapan tercipta kolaborasi kebaikan di kemudian hari. Yang tidak kalah penting, Rihlah Kepemimpinan menjadi momen untuk menafakkuri kebesaran Allah Yang Maha Menciptakan segala fenomena alam, yang menganugerahi Indonesia dengan sejuta keindahan yang tak pernah habis untuk dikagumi.