Sabtu, 28 September 2019 saya menemani kawan untuk berkunjung ke Hilir Migas Expo 2019 yang diadakan oleh BPH Migas di JCC Senayan. Sebetulnya saya sendiri yang merupakan anak pertanian merasa sama sekali tak berkepentingan dalam menghadiri acara tersebut, terlebih saya merupakan mahasiswa sosial pertanian yang tak tau menau mengenai industri hilir Migas. Namun ternyata di dalam expo, terdapat sebuah stand yang diadakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, stand tersebut menampilkan sebuah produk biodesel B20, B30, B100, artinya adalah kalau B20 berarti 20% komposisi berasal dari biodiesel, sementara 80% berasal dari solar, begitu juga dengan B30 dan B100.
Apa itu Biodiesel?, menurut Wikipedia Biodiesel ialah Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono–alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbarui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Untuk di Indonesia sendiri sumber minyak berasal dari minyak kelapa sawit yang memilki penghemetan emisi yang paling tinggi dibanding yang berasal dari rapeseed, minyak kedelai dan minyak bunga matahari.
Di Indonesia sendiri, kebijakan Biodiesel telah sampai pada tahap B30 dan sedang dalam tahap pengujian di lapangan, tentu adanya kebijakan ini akan menjadi angin segar bagi industri sawit di Indonesia sedang dalam tahap pelemahan karena adanya kampanye hitam sawit dan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.