(Oleh : Dinni Ramayani – PM BA 9 Padang)
Dua ribu sembilan belas begitu banyak menyimpan cerita. Salah satunya memberi cerita tentang “kacamata.”
Pada awalnya, kukira layar di depan sana yang kabur cahayanya. Aku meminta teman untuk mempertajam pencahayaannya. Nyatanya, yang lain tak melihat kekaburan yang sama. Mereka bilang, ini sudah yang paling terang. Huruf-hurufnya terlihat jelas. Aku mencoba memastikan. Ah ya, tak ada yang salah dengan tombol pengaturan fokusnya.
Apa yang salah?
Apakah yang salah adalah “yang melihatnya?” Atau yang salah adalah “yang dilihatnya?”
Dari pada berlama-lama menerka, aku memutuskan untuk memeriksa segera. Nyatanya iya, yang salah adalah yang melihat, bukan yang dilihat. Objek yang kulihat tetap jelas, hanya saja kemampuan mataku melihatnya yang terbatas.
Seketika aku teringat akan satu hal. Ternyata dalam melihat suatu objek, sebelum kita menilai, ada baiknya kita pastikan bahwa penglihatan kita jernih. Barangkali kita sering terburu-buru menjudge, padahal yang salah itu ada pada diri kita.
Pun sama halnya, ketika kucoba kacamata milik temanku, penglihatanku kembali kabur. Namun ketika aku memakai kacamataku, penglihatanku jadi teratur.
Yap, kita ngga bisa memakai kacamata orang lain untuk melihat apa-apa yang sedang kita cari. Pun orang lain juga tidak bisa memakai kacamata kita untuk melihat apa-apa yang mereka cari.
Jadi tugas kita sebenarnya sederhana; fokus melihat apa-apa yang ingin kita cari, lalu pastikan bahwa sudah menggunakan kacamata kita sendiri.
Karena tiap lensa kacamata memiliki fungsi tersendiri. Seperti dirimu yang memiliki keistimewaan yang Allah beri. Maka, jangan gunakan kacamata yang salah lagi. Semangat mengatur fokusmu kembali dan melejitkan potensi!
(Penulis bernama Dinni Ramayani. Alumni mahasiswa Jurusan PGSD Universitas Negeri Padang. Penerima Manfaat BAKTI NUSA 9 wilayah Padang. Founder Komunitas @jendelaprestasi. )Silakan bersapa di ig @dinni_ramayani)