Oleh:Nadia Karimah, BAKTI NUSA 9 Bandung
“Setidaknya ada lima kelemahan yang harus kita hindari, di antaranya, lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup, dan yang sangat ditakutkan adalah lemah akhlak/moral” – Prof. Dr. B.J. Habibi.
Bila lima kelemahan ini melekat pada jiwa pemuda, yakinlah akan menjadi penghambat bahkan penghancur bagi bangsa ini.
Era disrupsi menuntut perubahan yang sangat cepat, sehingga diperlukan kematangan dalam bertindak dan juga pengambilan keputusan. Seorang muslim yang baik selalu bisa untuk kembali pada fitrahnya. Menisbatkan segala problematika hidup dengan keimanan (faith) beyond believe and trust. Atas dasar ini tentu, menyadarkan kita untuk kembali menyentuh hal terdasar dan terdalam, yaitu hati. Bagaimana hati terakumulasi hingga melahirkan akhlak/moral juga amal-amal kebaikan. Bahwa lemah akhlak adalah kelemahan utama yang harus dihindari, Karena padanya lah muara kelemahan-kelemahan yang lain.
Masa-masa penerimaan mahasiswa baru di kampus, meyakinkan saya bahwa bangsa ini masih memiliki investasi kebaikan lewat pemudanya. Ada beban moral yang diamanahkan untuk status ‘mahasiswa’. Bukan titel belaka yang membuat sebagian besar orang bangga. Begitu pula dengan momentum 1 Muharram lalu, menjadi ajang refleksi diri untuk kemudian terus berbenah. Memastikan kembali setiap detik berlalu dengan kebaikan, setiap langkah penuh kemajuan, dan yang paling penting (kembali) memastikan orientasi hidup hanyalah untuk Tuhan.
“Apakah kamu mengira Tuhan menciptakan kamu secara main-main saja?”
(QS. Al-Mu’minun :105)
Percayalah, bahwa kita semua sedang menjalani proses yang hasilnya kelak di akhirat nanti. Maka memastikan diri dan lingkungan selalu dalam kebaikan adalah tugas kita. Sudah sejauh mana melangkah mendekati-Nya dan sudah sejauh apa berjuang pada jalan-Nya.