Manusia acapkali membentuk sebuah standar segala sesuatu itu kepada hal duniawi. Agaknya dunia adalah tujuan utama untuk mengapa dia hidup, dia bekerja, dia belajar, dia membantu sesama, dia beribadah, dia ini dan itu. Tak jarang juga, manusia ini sangat gerak cepat dan bersegera untuk berfastabiqul dunia daripada berfastabiqul akhirat. Padahal sudah jelas sebagai Muslim/ah kita wajib menyakini QS. Adz Dzariyat : 56, Allah berfirman “Dia menciptakan manusia dan jin semata-mata agar mereka beribadah kepada-Nya”. Sudah sangat jelas bahwa dunia dan segala isinya hanyalah bentuk titipan dari Allah Swt. Tak ada keraguan harusnya jika kita mengimani hal itu. Sudah, sudahi semua pengharapan full kepada dunia. Kita punya alam yang lebih kekal, lebih penuh tantangan, dan lebih banyak pertanggungjawaban.
Masalah dan fitnah adalah bentuk sendagurau dunia. Seringkali manusia kembali kepada Tuhan hanya karena sudah muak dan tidak tahan terhadap masalah. Manusia sebegitu rapuh dan lemah. Mamanglah Allah sebaik-baik tempat kembali. Namun setiap hari kita harus perbaiki diri. Bayangkan saja, kita minta tolong kepada orang yang selama ini sudah lama kita tinggalkan dan jauhi, apakah orang tersebut akan bersegera mendengar pertolongan kita?. Tentu saja diragukan. Bukan bermaksud menyamakan dan membandingkan Tuhan dengan manusia, tentu akan membandingkan sang Pencipta dengan ciptaan-Nya. Hanya saja, pemaknaan yang lebih sederhana barangkali akan lebih mudah menyadarkan manusia.
Untuk itu, sering-seringlah laporkan segala sesuatu kepada Tuhan. Baik di waktu sempit maupun lapang, di kala ada masalah maupun senang, laporkan saja, Tuhan akan sangat senang jika manusia mengingat-Nya 24 jam. Bukankah harusnya begitu ?. Disaat ada keresahan akan masa depan, overthinking yang mulai mengerunyam, teruskan saja usaha dan kerja keras itu. Niatnya kembali direfleksi, apakah masih dunia-dunia-dunia?. Atau sudah mulai perlahan dunia untuk akhirat ?. Wah, bak kata Alan Walker, gagal merencanakan sama halnya dengan merencanakan kegagalan. Sedih sekali ya, jika kita gagal merencanakan kehidupan akhirat. Kita akan mendekam dengan rasa penyesalan yang amat begitu dalam, kenapa tidak di dunia dulu ya?. Sudahi dan saatnya laporkan saja semua kepada Tuhan, bentuk sebaik-baik penghambaan.