Perihal Mengenyangkan Perut dan Melepaskan Dahaga

Dewasa ini, teknologi berkembang begitu pesat dan perihal mengenyangkan perut serta melepaskan dahaga menjadi perkara mudah yang tidak jarang kita sepelekan. Cukup dengan modal klik, tak berselang lama hidangan yang kita damba sudah tersaji di depan mata. Disnilah kita dapat menyaksikan betapa istimewanya Agama Islam. Agama kita rupanya mengatur tentang segala aspek kehidupan. Semua hal tentang menjalankan hidup telah Allah tunjukkan secara menyeluruh, mulai dari hal yang sederhana sampai yang rumit luar biasa. Salah satu hal mendasar dari hukum Allah bagi kehidupan manusia adalah hukum halal dan haram, terutama halal dan haramnya makanan yang di konsumsi. Menurut ajaran Islam, mengonsumsi yang halal, dan tayyib merupakan perintah Allah SWT dan hukumnya adalah wajib. Karena makanan dapat memengaruhi kesehatan, memengaruhi akhlak dan bahkan memengaruhi doa manusia.

Merujuk pada Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 168

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Prof. Dr. M. Quraish Shihab di dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa ayat tersebut ditunjukkan bukan hanya pada orang orang beriman, tetapi untuk seluruh manusia. Hal ini menunjukkan bahwa bumi disiapkan Allah SWT untuk seluruh manusia baik mukmin atau kafir. Oleh karena itu memakan makanan halal yang ada di bumi tidak hanya penting bagi umat muslim, namun bagi seluruh umat manusia.

Dalam surah Al Baqarah ayat 168 juga dijelaskan bahwa makanan atau aktivitas yang berkaitan dengan jasmani sering kali digunakan setan untuk memperdaya manusia. Setan memiliki jejak langkah. Ia menjerumuskan manusia langkah demi langkah, tahap demi tahap. Langkah hanyalah jarak antara dua kaki sewaktu berjalan, tetapi bila tidak disadari langkah demi langkah akan menjerumuskan ke dalam bahaya. Hal ini seperti yang dialami oleh leluhur manusia yaitu Adam dan pasanganya yang terperdaya setan melalui pintu makanan.

Secara umum dikatakan dalam al-Qur’an bahwa umat Islam hendaknya memakan makanan yang halal dan tayyib. Makanan di nyatakan halal apabila tidak dinyatakan secara jelas dalam al-Qur’an atau hadis bahwa makanan tersebut dilarang. Larangan itu dimaksudkan agar umat Islam tidak memakan makanan yang akan membawa dampak yang tidak baik bagi perkembangan fisik dan jiwanya. Dengan kata lain, Islam mengatur masalah makanan dengan maksud untuk kemaslahatan umat manusia. Penjelasan lain mengatakan bahwa “makanan halal menurut hukum Islam yaitu makanan yang halal pada zatnya, halal pada pengadaanya, ataupun cara memperolehnya, dan halal dalam proses pengolahanya.” Dengan kata lain makanan tersebut harus halal mutlak.

Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Ka’ab bin ‘Ujrah, Nabi Muhammad SAW bersabda:

Setiap daging dan darah yang tumbuh dari makanan haram maka neraka lebih utama bagi keduanya.

Perkara mengenyangkan perut dan melunasi dahaga nyatanya bukanlah rutinitas remeh temeh semata. Sudah sepatutnya kita sebagai umat muslim perlu memahami makna kehalalan makanan baik dari zat yang terkandung maupun dari cara memperolehnya. Mampu memilih dan memilah makanan halal dan senantiasa istiqomah dalam menjaga segala hal yang kita konsumsi. Karena segala hal yang kita konsumsi akan memengaruhi fisik dan rohani kita begitu pula hubungan kita dengan Allah SWT. Maka bagi seorang muslim, mengonsumsi makanan yang baik merupakan manifestasi dari ketaatan kepada Allah. Bukan hanya halal dari segi zatnya, tetapi juga didapat dari usaha yang halal dan proses yang halal. Wallahu a’lam bish-shawab.

Sumber:

  1. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2012.
  2. https://www.halalmui.org/mui14/main/detail/konsumsi-halal-membentuk-kehidupan-masyarakat-yang-damai
  3. <a href=’https://www.freepik.com/vectors/food’>Food vector created by macrovector – www.freepik.com</a>

Catatan kaki: Jazakallah kepada Ustad Mohammad Luthfil Anshori, Lc. M.Ud atas masukannya hingga tulisan ini dapat sampai di hadapan para pembaca.