Virus, virus apa yang viral?
Apalagi kalau bukan virus corona?
Virus yang muncul 31 desember 2019 langsung menjadi topik hangat di bagian berita belahan dunia manapun. Nggak heran sih, karena memang peran media sosial dari hari ke hari semakin besar. Mungkin ketika ada wabah semacam ini terjadi, bahkan belum sampai ditetapkan sebagai wabahpun, seluruh dunia bisa tahu dalam waktu kurang dari satu jam.
Merasakan ketegangan virus corona di dunia nyata ibarat menjadi pemeran film di film-film yang mengangkat wabah virus, penyakit, dan sejenisnya sebagai salah satu konflik di dalamnya, bukan? let’s say, film I Am a Legend, Contagius, Train to busan, dan masih banyak lagi. Parno. Seluruh dunia gempar. Ditambah efek live report keadaan wuhan, tempat terjadinya outbreak pertama kali, persis seperti film scene resident evil yang sangat sepi dan menyeramkan. Hal ini semakin menambah insecuritas semua orang. Tapi, bagaimana perasaan tenaga kesehatan sendiri? Terkhususnya, pandangan penulis sendiri.
Kami yang sudah sering terpapar pasien TB, membantu lahiran ibu hepatitis B positif, melakukan vaksin pada anak dengan ibu HIV positif adalah “makanan“ sehari-hari. Apakah karena itu kami jadi kebal dan tidak parno? Kami bukannya tidak parno, tapi, bagaimana cara kami membantu pasien jika sebelum membantunya saja sudah takut duluan? Karena, kami tau konsepnya, asalkan imunitas kami bagus, maka virus maupun bakteri yang datang akan kalah dengan sel imun kita. Bukannya karena kami sehat lalu kami kebal dengan penyakit yaa.. kami pastilah lebih rentan berisiko tertular saat mengobat pasien dengan TB, HIV, hepatitis B, bahkan corona dibandingkan tenaga non kesehatan, yang bisa kami lakukan adalah menjaga diri sendiri seperti menjaga tubuh tetap sehat, memakai alat pelindung diri, dan berhati-hati ketika bersentuhan dengan pasien.
Risiko tertular tetap ada, bahkan tidak usah di rumah sakit sekalipun. Seseorang yang berinteraksi dengan orang lain pada hari-harinya juga berisiko tertular-entah virus apa yang ada pada lawan bicaranya atau orang yang bertemu dengannya, jika memang dia tidak memiliki kekebalan tubuh yang baik, maka akan sakit juga.
Sakit, musibah, ujian, bahkan kematian sekalipun tidak akan bisa kita hindari. Sehingga, tidak perlu takut akan tertular, tertimpa, atau meninggal tiba-tiba, yang Maha kuasa tahu hamba yang perlu mendapatkan ujian, penggugur dosa, yang sesuai dengan kemampuan hamba-hambanya.
Hikmah yang didapatkan dari viralnya corona ini bisa menjadikan seseorang lebih concern terhadap kesehatannya sendiri, cuci tangan, makan-makanan yang sehat, olahraga. Dan juga mengingat kematian, sakit, musibah, dan ujian.
Seaman apapun tempat perlindungan jika waktunya meninggal ya akan meninggal juga. Jika waktunya corona masuk indonesia, ya akan masuk juga. Tapi kepada siapa tertularnya tergantung masing-masing. Bisa jadi kan corona telah menginfeksi tetangga atau orang yang berseliweran di jalan dan kita menghirup bersinnya? Bisa jadi. Tapi, untuk tahu siapa yang tertular tetap menjadi kehendak-Nya. Hal yang bisa kita lakukan selain menjaga diri sendiri adalah dengan berdoa 😊