[Pertemuan Dua Laut]
.
“Dan ingatlah ketika musa berkata kepada pembantunya, “aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai kepertemuan dua laut, atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun”. (Q.S 18:60)
.
Perjalanan menuju lokasi penempatan MFB penuh hikmah. Aku jadi ingat kisah perjalanan Nabi Musa AS di surah Al Kahfi. MFB bagiku adalah perjalanan spiritual, untuk menempa diri agar berbenah dan menarik hikmah. Sebelum berangkat satu pesan mas Budi yang aku ingat banget adalah, ” bahwa ini perjalanan fisabilillah, perjalanan safar, dimana do’a2 Allah kabulkan. Maka hindari maksiat sekecil apapun. jaga diri kalian”.
.
Bismillah,
Luruskan niat.
Perjalanan Bogor-Jakarta-Tarakan done!.
Sesampai di Bandara Tarakan, cerita seru petualangan ini dimulai.
.
Satu2nya kontak yang kami andalkan adalah mas Anas, volunteer SLI yg pernah mengabdi di Sebatik, tapi beda kecamatan dengan Sekolah Tapal Batas (STB) lokasi target kami. Dan ternyata beliau juga sudah pulang kampung krn selesai programnya beberapa tahun lalu. Tapi gaa masalah, minimal beliau bisa membantu mengarahkan kami menuju lokasi.
.
Mas Anas : “Dari bandara mbak berdua, naik taxi ke pelabuhan, beli tiket dlu utk menyebrang ke sei nyamuk, (pelabuhan Sebatik)”
.
Berbeda dengan lokasi penempatan MFB yang lain. Nunukan_Sebatik dan Malaka adalah lokasi baru utk penempatan MFB. Aku dan temanku Soffi ditempatkan di Nunukan-Sebatik.
.
Kami ikut saran mas Anas, dari Bandara Tarakan Naik Taxi, pesan tiket sepit (speed) utk menyebarang ke sungai nyamuk. Sepanjang perjalanan hingga detik ini aku merasa sangat bersyukur kepada Allah yg Maha baik, mempertemukan kami dengan orang2 luar biasa. MasyaaAllah. Nasehat dan pengalaman hidup mereka hikmah banget.
.
Di sepit (speed) kami bertemu dengan salah seorg anggota DPRD provinsi Kaltara. Awalnya kami tidak mengenal beliau. Ternyata beliau suami istri anggota DPRD, Bapak di provinsi dan Ibuk di Kabupaten. InsyaAllah beliau org baik, smg Allah berkahi.
.
.
B: “Jadi, kalian tujuannya kemana?”
K: “Ke Sekolah Tapal Batas, pak. Tapi kami belum tahu rute kesana bagaimana”.
B:”wahh lumayan jauh itu, itu di sebatik tengah. Bisa naik taxi (transportasi lokal, dg mobil prubadi) dari pelabuhan kesana. Tapi itu jauh.. bisa seratusan ongkosnya”.
K: “wahh…(sambil mikir, sementara disini sudah akan masuk waktu ashar, tidak akan lama lagi gelap).
B:”begini saja, kalo kalian mau, malam ini boleh menginap dirumah saya, besok saya antarkan ke Tapal Batas. Saya kenal baik dg pendirinya. Ummi Suraidah”.
.
MasyaaAllah iyaa kami memang sedang mencari kontak ummi Suraidah. Kami hanya tahu nama sekolahnya saja baru, belum punya kontak beliau. Pak Aji (Andi Hasim) memnghubungkan kami dg Ummi Suraidah.
.
Jadilah malam itu kami menginap dirumah beliau. Berkenalan dg anak beliau yg baru akan masuk SMP, dengan Ibuk (istri beliau) yg baik dan ramah, dan mak cik yang bantu2 dirumah baliau.
.
Malamnya kami berdiskusi banyak hal, mulai dari sekolah tapal batas, politik dan dapat wejangan juga dari beliau.
.
Sabtu pagi, kami di antar ke Sekolah Tapal Batas.
.
Benar saja beliau insyaAllah orang baik. Pak Iskandar salah satu founder Mesjid Tahfidz Sekolah Tapal Batas, juga bercerita ttg beliau yang banyak membantu pembangunan Masjid tersebut. [Tunggu lanjutan ceritanya ya😉]
.
Allahlah yg menjadikan mudah setiap urusan. Maka jangan takut memulai kebaikan. Bismillah, melangkah saja. Setelahnya biar Allah yg selesaikan.💕💐🎒👟👟
.
#Hari-1
.
#beasiswa #beasiswaaktivis #beasiswaaktivisnusantara #baktinusa #ddpendidikan #pemimpin #leaders #indonesia
#marchingforboundary #mfb #30HariBercerita #merawatindonesia